Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingin Hidup Berbahagia? Jangan Pernah Berhenti Bersyukur!

23 Maret 2019   17:22 Diperbarui: 5 November 2019   11:23 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tentu pernah mendengar kata "bahagia." Bukan hanya mendengar, bahkan mengucapkannya juga pada banyak kesempatan. Kita mungkin juga pernah mendengar kata "sejahtera." Tak melulu mendengarnya, bahkan acapkali mengucapkannya. Lalu, apakah "bahagia" dan "sejahtera" itu setali tiga uang?

Dalam persepsi saya, kata "sejahtera" lebih bernuansa ekonomi. Artinya, tingkat kesejahteraan hidup seseorang lebih diukur pada kemampuan ekonominya. Orang disebut sejahtera, apabila sandang, papan, dan pangannya sudah memadai, lebih dari cukup.

Bagaimanakah dengan konotasi kata "bahagia?" Bahagia, menurut saya, lebih pada keadaan rohani, suasana batin yang ada di dalam hati setiap invividu. Keadaan rohani itu tak bisa diukur dengan seberapa tingkat kekayaaan seseorang. 

Kebahagiaan bisa menjadi milik setiap orang, apakah ia termasuk orang berpunya atau tidak. Artinya, kendati pun seseorang tak memiliki banyak uang dan harta benda, boleh jadi dia berbahagia hidupnya. Mengapa? Karena rasa bahagia itu adalah suasana batin yang ada di dalam!

Jika diminta memilih, apakah kita memilih hidup bahagia atau sejahtera? Kalau harus memilih, maka kemungkinan yang terpilih adalah hidup bahagia. Apa gunanya kekayaan--sebagai simbol dari kesejahteraan--apabila hidup tidak bahagia? Selalu berada di bawah tertekan, terkungkung, teraniaya, tak bebas mengekspresikan diri, misalnya.

Menjadikan Hidup Lebih Bahagia

Baiklah, kita cukupkan dulu diskusi tentang kebahagiaan dan kesejahteraan itu. Mari kita lanjutkan dengan pembahasan berikutnya, yakni tentang bagaimana kita bisa hidup lebih bahagia. 

Pertanyaannya adalah, apakah Anda sudah merasa bahagia hingga saat ini? Berbahagialah jika Anda merasa berbahagia, sekarang. Kebahagian hidup adalah tujuan, bukan kekayaan. 

Sebab, dengan apapun kita perjuangkan kekayaan sebagai bentuk kesejahteraan itu, akan selalu ada kurangnya. Kekayaan itu unlimited. Benarkah? Oleh karena itu, yang kita butuhkan adalah hidup bahagia.

Jika Anda merasa hari ini tidak atau kurang bahagia, mari kita rajut kebahagiaan itu dengan usaha, dengan upaya. Sebab, tanpa usaha atau upaya, kebahagiaan itu tidak akan datang dengan sendirinya. Walaupun kebahagiaan itu bentuknya intangible alias tak kasat mata, namun ia sangat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang bermakna.

Membuat Catatan Syukur Setiap Hari

Lalu, apa yang bisa dilakukan agar hidup menjadi lebih bahagia? Jalannya hanya satu: alirkan rasa bahagia setiap hari ke dalam diri. Ya, setiap hari! Sebab, kebahagiaan itu soal hati, soal batin. Semudah itu? Ya, semudah itu. Tapi, untuk mencapai kondisi berbahagia, bersyukurlah setiap hari. Untuk bisa lebih bahagia, lantunkan ucapan syukur setiap hari. Syukuri apa yang kita dapatkan, syukuri apa yang kita miliki. Ucapkan terima kasih kepada Sang Maha Pemurah. Ucapkan terima kasih kepada Sang Penguasa Semesta.

Satu hal yang bisa membantu mengingatkan kita untuk bersyukur adalah dengan membuat jurnal syukur atau catatan syukur. Catatan syukur ini dibuat setiap hari. Isilah ctatan syukur itu menjelang istirahat malam setelah semua aktivitas hari itu usai. Siapkan sebuah buku tulis, dan bubuhkan kalimat syukur Anda di situ. Paling tidak ada 5 sampai 7 butir syukur yang bisa Anda tulis di buku syukur yang Anda rasakan sepanjang hari itu. Tak peduli apakah yang Anda syukuri itu keberhasilan, atau sebaliknya, kegagalan. Kegagalan disyukuri juga? Ya, tepat sekali! Sebab, di balik kegagalan pasti ada maksud baik Tuhan yang bisa dijadikan bahan belajar bagi umat-Nya.

Menyusun Kata-kata Syukur

Seperti apa kata-kata syukur itu? "Beryukur hari ini saya bisa menyelesaikan tugas menyusun skripsi Bab I dengan baik. Bersyukur hari ini saya bisa bertemu orang lain yang membutuhkan pertolongan saya sehingga saya bisa membantu meringankan bebannya. 

Bersyukur hari ini saya bisa menulis sebanyak dua halaman untuk saya bagikan di kompasiana. Bersyukur hari ini saya bisa membaca Sang Alkemis karya Paulo Coelho. Bersyukur hari ini saya bisa meraih nilai bagus untuk untuk ujian semester. 

Bersyukur saya bisa bertemu dengan seorang penulis yang memotivasi saya untuk kian konsisten menulis." Dan seterusnya. Ini hanya sekadar contoh.

Anda bisa mengingat-ingat dan menuliskan apa-apa yang layak Anda syukuri dari berbagai kegiatan Anda dari pagi hingga malam hari. Dengan cacatan syukur, kita selalu bisa terbantu untuk selalu bersyukur setiap hari. Dengan cacatan syukur, kita menuliskan ucapan terima kasih kepada Tuhan atas kemurahan-Nya. Dan, dengan cacatan syukur kita akan selalu ingat kepada-Nya.

Bersyukur, bersyukur. Terus bersyukur. Berbahagialah mereka yang selalu ingat bersyukur.

( I Ketut Suweca, 24 Maret 2019).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun