Pembaca tentu sudah bisa menebak maksud judul tulisan ini. Benar. Gagasan atau ide jika ditulis sedemikian rupa, pada akhirnya bisa berubah menjadi uang. Contohnya? Sebuah artikel, oleh penulisnya dikirim ke koran dan berhasil dimuat. Beberapa hari kemudian rekening sang penulis bertambah. Ada kiriman honorarium dari meja redaksi atas tulisan yang berhasil dimuat.
Tentang hal ini dibahas secara mendalam oleh Sudaryanto dalam bukunya bertajuk Meng-uang-kan Ide : Kaya dari Menulis Artikel. Buku berkulit kuning ini diterbitkan oleh Leutika, tahun 2010. Cukup lawas memang, tetapi isinya terasa masih tetap relevan. Buku setebal 154 halaman ini berisi hal-ikhwal dunia tulis-menulis yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang berniat dan bertekad menjadi penulis sukses. Sejumlah topik diurai dalam buku ini, yakni manfaat menulis, mengenal artikel, cara dan syarat mengirimkan artikel, cara pintar menulis artikel, dan peluang serta hambatan menulis artikel.
Tiga Manfaat Menulis
Sudaryanto yang berpengalaman menulis di berbagai media massa cetak ini meyakinkan pembaca bahwa sesungguhnya semua orang bisa menjadi penulis yang berhasil. Â Menurutnya, kemampuan menulis itu tak sekadar bakat, melainkan sesuatu yang bisa dipelajari.
Sekurang-kurangnya, menurut Sudaryanto, ada tiga manfaat menulis. Apakah itu?
"Pertama, manfaat psikologis. Dengan menulis, orang bisa berimajinasi sesuai dengan apa yang dia kehendaki sehingga ia merasakan kebebasan berekspresi tanpa ada pihak yang mengekangnya," tulisnya.  Sudaryanto lalu menyitir pendapat Among Kurnia Ebo bahwa menulis itu bikin plong.  Ya, menulis itu memang bisa melegakan pikiran dan jiwa dari kepenatan. Ini wujud dari  the miracle of writing.
"Kedua, manfaat sosiologis. Maksudnya, sebuah gagasan baru bermanfaat setelah diekspresikan, salah satunya dengan menuliskan dan menyampaikannya kepada orang lain," uangkapnya.  Sudaryanto  lantas merujuk pendapat Prof Suyanto, Ph.D. yang mengatakan bahwa apa yang kita pikirkan harus dituangkan dalam tulisan supaya orang lain tahu. Karena, kalau tidak ditulis, tidak ada gunanya.
Mendulang Uang dari Menulis
Ketiga, manfaat ekonomis. Tentang hal ini, Sudaryanto mencontohkan pengalamannya sendiri. Ia mengakui bahwa karier kepenulisan yang dilakoninya berawal dari keterdesakan ekonomi. "Saya menulis puisi dan artikel di koran, serta aktif mengirimkan karya untuk lomba menulis karena didorong hal itu. Waktu itu saya hanya berpikir, bagaimana caranya meraih penghasilan dengan cepat? Saya putar-putar otak, dan akhirnya ketemu menulis di koran," paparnya.
Dikisahkan, setelah tulisan pertamanya semasih mahasiswa dimuat di "Suara Mahasiswa" koran Kedaulatan Rakyat, sejak saat itulah Sudaryanto keranjingan menulis. Dan, karena semakin banyak artikelnya dimuat di sejumlah koran, maka kian banyak pula honorarium yang diperoleh.
 "Untuk koran lokal, artikel kita dihargai Rp.150.000,- - Rp.200.000,- sedangkan untuk koran nasional sekitar Rp.300.000 -- Rp. 1 000.000,- ," ungkapnya. Wah lumayan juga ya. Gagasan tersalur, nama kian dikenal, dapat  uang pula.