Mengacu pada pandangan Prof. Derek Bok dari Harvard University, Boediono mencontohkan tentang pendidikan S1 di AS yang membekali delapan kemampuan kepada mahasiswa, yakni kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, dan kemampuan untuk menjadi warga negara yang efektif. Di samping itu, juga kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas mengenai hidup, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
Memetik Makna
Lalu, apa yang dapat dipetik dari Neil Amstrong dan pemikiran Boediono? Dalam pemahaman saya, pendidikan yang baik akan membawa manusia Indonesia sanggup mengantarkan bangsa ini ke arah kemajuan, bahkan menjadi pionir, kreator, dan inovator bagi kemajuan bangsa. Neil Armstrong sudah mewujudkannya, dan ini layak menjadi teladan bagi generasi muda bangsa Indonesia. Semangat untuk mengabdi demi kepentingan bangsa, semangat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, hendaklah harus terus dihidupkan. Sementara itu, jangan merusak mental generasi muda dengan budaya koruptif sejak di bangku sekolah atau kuliah! Hal ini sungguh berbahaya bagi masa depan bangsa.
Oleh karena itu, untuk merespons pemikiran Boediono, sudah seyogianya siapa pun yang bertanggung jawab di dunia pendidikan mengambil langkah-langkah untuk menemu-kenali kekurangan yang ada dan dengan segera melakukan pembenahan demi pembenahan. Proses pendidikan yang berkualitas akan melahirkan generasi yang berkualitas. Bukan hanya kuantitas yang penting, tapi kualitas jauh lebih penting.
( I Ketut Suweca , 30 Agustus 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H