Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengusir Rasa Malas Menulis

8 Juli 2012   09:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa malas. Ya, rasa itu acapkali menyerbu perasaan manusia. Ia datang begitu saja. Menembus suasana hati manusia dan bercokol di situ. Lalu, dia menyebarkan virus yang membuat orang emoh melakukan sesuatu, enggan aktif-produktif dalam suatu aktivitas. Jika virus kemalasan dibiarkan akan menjadi kelembaman diri sehingga tak mempan oleh motivasi apapun untuk segera bergeliat. Begitulah rasa malas itu ketika menjadi penghuni suasana hati manusia. Karena kehadirannya, maka seorang penulis akan enggan menulis, dan memilih berleha-leha menikmati kesantaian yang panjang. Nah, bagaimana perasaan malas itu bisa dikurangi, bahkan dienyahkan dari hidup kita? Adakah resep jitu untuk mengusirnya jauh-jauh dan tak mengijinkannya kembali? Berikut ini, ada beberapa langkah mudah mengusir rasa malas menulis.

Pertama, miliki target menulis. Dalam sebulan, berapa artikel yang hendak kita buat dan publikasikan? Lima buah, sepuluh buah, atau dua puluh artikel? Berapa pun artikel yang kita tetapkan, target ini akan turut memacu semangat kita dalam berkarya. Kian banyak target yang kita tetapkan, kian terpacu kita untuk aktif dan produktif menulis. Sebaliknya, target yang terlalu kecil, hanya satu artikel sebulan, misalnya, hanya akan memperlemah semangat menulis kita di media tersebut. Terkecuali, kita benar-benar sibuk dan amat kesulitan meluangkan waktu untuk menulis. Semakin rajin berlatih menulis, maka semakin tajam dan terasah pula kemampuan kita dalam menulis. Kian banyak berlatih menulis berarti kian terasah kemampuan kita dalam penulisan. Kian terasah kemampuan kita dalam tulis-menulis berarti kian baik kualitas tulisan kita. Semakin baik kualitas tulisan kita maka akan semakin laku 'dijual'.

Kedua, miliki teman sesama penulis. Masuk ke dalam komunitas penulis adalah sangat penting untuk saling menyemangati. Di dalam komunitas itu para penulis merasa senasib dan setujuan. Kerjasama bisa dibentangkan, goal-goal penulisan bisa dicapai. Semangat untuk berkarya dan berkarya kian masif. Hanya saja, komunitas itu harus aktif dan saling berkontribusi. Contoh riil, di media sosial kompasiana, walau bukan dimaksudkan sebagai komunitas menulis, banyak terjadi kolaborasi yang sampai-sampai melahirkan karya bersama berupa buku. Ini sungguh luar biasa! Dan, kompasiana juga, sebagaimana diakui oleh para kompasianer, mampu mendorong mereka untuk terus-menerus menulis. Dengan menulis dan mem-publish-nya di kompasiana, para kompasianer bisa berkontribusi bagi maraknya lalu-lintas pengetahuan, pengalaman, dan canda. Menyenangkan sekali berada dalam komunitas maya yang bernama kompasiana ini. Jika, misalkan tidak menjadi bagian di dalamnya, mungkin saja semangat menulis bakal mengendor yang ujung-ujungnya berdampak pada produktivitas yang lemah.

Ketiga, teruslah menggali inspirasi penulisan. Baca buku, koran, majalah, brosur, atau berselancar di internet. Melalui berbagai upaya itu, kita tidak akan pernah kekurangan inspirasi dan gagasan untuk menulis suatu topik yang kita minati dan menarik perhatian. Tak melulu dengan cara membaca. Kita pun bisa belajar dari kehidupan di sekeliling kita. Banyak sekali interaksi kita dengan orang lain yang bisa dituangkan ke dalam tulisan, mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur di malam hari. Tentu saja kita harus melihat kebermanfaatannnya bagi orang lain, dengan bertanya, apakah artikel tentang hal ini ada manfaatnya bagi orang lain? Jika diperkirakan bermanfaat, segeralah ditulis. Ketika menikmati kegiatan berwisata ke suatu daerah dan kita menemukan sesuatu yang unik,misalnya, mengapa tak segera ditulis? Ayolah. Bukankah kompasiana merupakan wahana untuk menjalin pertemanan dan saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan banyak lainnya?

Keempat, ciptakan suasana yang membuat kita bergairah menulis. Secara fisik, yang diperlukan penulis di antaranya laptop/komputer atau gadget lainnya, tempat bekerja yang nyaman, dan suasana lingkungan yang memadai. Tempat atau ruang untuk menulis di rumah ada baiknya disediakan. Tapi, tak menutup kemungkinan kita bisa menulis di tempat-tempat yang berbeda, begitu ada inspirasi. Kalau bepergian ke suatu tempat yang jauh, tentu di tempat itulah kita bisa menulis. Tak mesti menunggu 'pulang kampung' dulu baru menuliskan perjalanan itu. Jadi, menulis sajalah di manapun dan kapanpun. Menulis sajalah untuk menjadikan diri produktif.

Nah, sudahkan kita menyiapkan diri untuk semua itu? Sudahkah ada sebuah tulisan lagi yang siap kita bagikan untuk para sahabat di kompasiana?

( I Ketut Suweca , 8 Juli 2012).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun