Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulislah dan Dapatkan Bonusnya

4 Januari 2012   09:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika tiba-tiba ada yang bertanya, "Mengapa Anda menulis?," apa jawaban Anda? Mungkin di antara kita ada yang menjawab bahwa "Saya menulis untuk melepas ide-ide yang meletup-letup di dalam otak." Lalu, ada juga yang mengatakan bahwa dia menulis untuk bisa dikenal oleh masyarakat luas. Tak kurang yang beralasan bahwa dirinya menulis untuk mengisi waktu luang daripada waktu itu terbuang percuma. Yang pasti, ada banyak manfaat atau kegunaan menulis yang bisa menjadi alasan mengapa kita menulis/mengarang.

Satu alasan yang masuk akal mengapa orang menulis adalah lantaran ingin mendapatkan imbalan uang. Salahkah? Saya kira, sama sekali tidak salah kalau orang menulis bertujuan mendapatkan duit. Tujuan seperti ini baik dan wajar. Akan tetapi, penghargaan berupa imbalan kepada penulis artikel oleh media massa yang memuatnya masih sangat kurang. Untuk dimuat saja sudah sulit. Setelah dimuat, honorariumnya pun tak banyak, paling-paling puluhan hingga ratusan rupiah untuk setiap artikel. Tentu saja ada pengecualiannya. Kalau para penulis yang punya nama besar mungkin sudah relatif besar imbalan yang diterima atas hasil karyanya. Tetapi, rata-rata penulis mendapatkan imbalan yang jauh dari memadai.

Untuk menghibur diri, acapkali para penulis berdalih bahwa mereka menulis untuk mendapatkan kepuasan batin setelah tulisannya dimuat. Kata mereka, bukan semata-mata honor yang dicari, melainkan kepuasaan batin yang tiada duanya itu. Boleh juga jawaban tersebut. Menulis, lalu mengirimkannya ke koran/majalah, dan melihat tulisan itu dimuat dengan namanya terpacak di situ, memberikan "imbalan rohani." Begitulah penulis kita yang terpaksa bersikap nrimo atas keadaan ini.

Agar para penulis tidak merasa kecewa lantaran sedikitnya imbalan uang yang diperoleh, maka pandang saja imbalan itu sebagai bonus. Artinya, honor yang diterima sejatinya tak terlalu diharapkan kehadirannya. Tapi, kalau ternyata diberikan, ya, dipandang sebagai bonus saja. Dengan begitu, gairah untuk tetap membagikan informasi dan pengetahuan bisa dijaga agar terus menyala.

Selamat menulis.

( I Ketut Suweca , 4 Januari 2012).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun