Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merasakan Berkat Tuhan Sepanjang Hari

9 Februari 2011   06:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya hendak mencoba  mengingat-ingat  berkat atau karunia Tuhan.  Dari hasil mengingat berkat Tuhan itu,  saya dapat mengumpulkan  beberapa kejadian  yang masih kuat melekat di dalam hati dan pikiran saya.

 Pertama,  sudah beberapa waktu lamanya saya tidak lagi aktif berolah raga.  Alasannya apa?  Memalukan kalau saya sebut kesibukan, karena banyak orang sibuk selalu mampu menyisihkan waktu untuk berolah raga. Istri saya mendapatkan kabar bahwa ada senam yang bagus untuk terapi kesehatan.  Belum yakin hasilnya, saya persilakan istri yang lebih dulu mengikuti senam itu.  Berdasarkan informasi dari istri,   saya kemudian menjadi tertarik. Saya pun ikut berlatih, berusaha untuk hadir latihan tiga kali  seminggu dari jadwal yang empat kali dalam seminggu.

Di dalam senam ini saya menerima berkat Tuhan. Pertama, badan terasa semakin bugar. Kedua, melalui senam saya dan istri mendapatkan teman-teman baru. Teman-teman adalah asset berharga dalam kehidupan, bukan?  Ketiga, saya tidak membayar apa pun untuk bisa ikut senam itu. Semuanya gratis, kecuali jika kita memang ingin menyumbang.  Dalam kehidupan yang serba materialistis seperti sekarang ini, rupanya masih ada sekelompok masyarakat yang dengan ikhlas bersedia berbagi kepada sesama melalui senam. Dari sini saya mendapat pelajaran betapa pentingnya berbagi kepada orang lain, dan menghindari sikap mementingkan diri sendiri.

Dan,  tadi siang saya menservis sepeda motor di sebuah bengkel. Saya bertemu pemiliknya dan sempat berbincang-bincang lumayan lama sambil menunggu motor selesai diservis. Dari bapak yang adalah pemilik bengkel tadi, lagi-lagi,  saya mendapatkan berkat. Bentuknya: ia bersedia berbagi wawasan spiritualnya untuk saya. Ia banyak bertutur tentang kehidupan, kebenaran universal, kasih sayang, dan pentingnya kepedulian terhadap sesama. Tidak melulu dalam ucapan,  bapak ini telah membuktikan kepedualiannya dengan menjadi ayah angkat begi sejumlah siswa dan mahasiswa yang berasal dari masyarakat miskin, dan masih banyak lagi bentuk kepedualian lainnya. Konsepnya adalah memberi. Katanya, dengan memberi, kita akan menerima sesuai dengan hukum sebab-akibat (kausalitas). Saya belajar dari bapak ini.

Dan, saya ingat,  kurang-lebih setahun lalu, mobil yang saya kendarai mogok di jalan. Waktu itu hari minggu, semua bengkel tutup. Saya berusaha mencari bengkel terdekat dengan berjalan kaki. Merasa mentok, saya singgah ke sebuah warung kecil untuk sekadar minum sambil memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah yang sedang saya hadapi  saat itu. Saya menuturkan problem saya kepada pemilik warung. Tanpa dinyana,  pemilik warung yang baru saja saya kenal  itu menyerahkan kepada saya kunci dan STNK sepeda motornya untuk saya bawa mencari bengkel sampai ketemu. “Pak, pakailah motor saya. Carilah bengkel sampai ketemu,” ujarnya. Saat itu saya merasa kekuatan Tuhan sedang bekerja melalui diri orang ini. Akhirnya saya temukan bengkel yang pemiliknya bersedia membantu walaupun sedang tutup, dan problem saya teratasi. Saya temukan berkat Tuhan di antara kesulitan yang saya alami.

Satu lagi,  pernah mobil yang saya kendarai tersesat masuk gang sempit. Saya salah masuk dan tak tahu jalur jalan. Entah dari mana datangnya,  tiba-tiba muncul seseorang yang tanpa saya minta membantu saya memundurkan kendaraan dengan memberi  komando “kanan, kiri, terus, lurus” dan seterusnya. Akhirnya saya keluar dari geng sempit yang buntu itu. Kembali saya merasakan berkat Tuhan.

Itu baru sebagian kecil saja. Ada sangat banyak berkat/karuniaTuhan yang saya terima dalam kehidupan ini. Saya selalu bersyukur kepada-Nya. “Terima kasih ya Tuhan atas semua kelimpahan ini. Jadikan jugalah hamba sebagai alatmu untuk membantu orang lain.”

Tatkala hendak mengakhiri tulisan ini saya hampir menangis, terharu setiap mengingat kebesaran Tuhan.  Betapa  berlimpahnya berkat Tuhan  untuk saya. Adakah para pembaca merasakan campur tangan Tuhan dalam kehidupan Anda?

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun