Sedangkan dalam sektor non-manufaktur, hilirisasi berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui beberapa mekanisme. Pertama, dengan meningkatnya aktivitas pengolahan dan pemrosesan, terjadi peningkatan permintaan terhadap sektor jasa pendukung seperti logistik, transportasi, dan layanan keuangan. Kedua, peningkatan aktivitas di sektor non-manufaktur, seperti pertanian, perikanan, dan pertambangan, juga mendapat manfaat dari hilirisasi. Misalnya, pengolahan produk pertanian menjadi makanan olahan atau produk perikanan menjadi produk dengan nilai tambah lebih tinggi tidak hanya meningkatkan pendapatan petani dan nelayan, tetapi juga memperluas lapangan pekerjaan di sektor-sektor terkait. Hal ini membantu diversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Secara keseluruhan, hilirisasi industri memperkuat keterkaitan antar sektor ekonomi, mendorong pertumbuhan sektor jasa, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Ini juga membantu menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih baik dengan memberikan nilai tambah pada sumber daya domestik sebelum diekspor, mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas global.
Hilirisasi industri menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia
Dampak dari hilirisasi industri terlihat pada peningkatan investasi, baik dari sektor primer (investasi domestik) maupun sektor sekunder (investasi asing). Investasi domestik terutama difokuskan pada industri pertambangan, sementara investasi asing lebih condong pada industri logam dasar. Selain itu, hilirisasi juga memberikan dampak positif pada kinerja ekspor dengan peningkatan nilai ekspor beberapa komoditas seperti nikel dan produk turunannya.
Investasi dalam hilirisasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap  keberhasilan investasi pada periode Januari-September 2023, mencapai Rp 266 triliun, dan total nilai investasi pada periode tersebut sebesar Rp 1.053 triliun. Investasi hilirisasi yang direalisasikan pada periode ini mencakup lima sektor. Pertama, investasi hilirisasi di sektor mineral mencapai Rp151,7 triliun yang terdiri dari nikel Rp97 triliun, bauksit Rp7,1 triliun, dan tembaga Rp47,6 triliun. Selanjutnya, investasi di sektor pertanian dilakukan dari industri  kelapa sawit dan oleokimia senilai Rp 39,5 triliun. Sektor kehutanan juga  berkontribusi melalui investasi hilirisasi industri pulp dan kertas senilai Rp 34,8 triliun. Sedangkan investasi hilirisasi sektor migas melalui industri petrokimia mencapai Rp 31,6 triliun. Terakhir, pengembangan hilirisasi ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri pembuatan baterai kendaraan listrik, menyumbang investasi sebesar Rp 8,4 triliun.
Dalam penerapannya terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan hilirisasi industri di Indonesia. Salah satunya adalah ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten. Setiap tahun diperlukan ribuan tenaga kerja yang terampil untuk sektor manufaktur, termasuk dalam proses hilirisasi. Oleh karena itu, pengembangan SDM menjadi kunci penting dalam menjalankan program hilirisasi dengan sukses.
Secara keseluruhan, hilirisasi industri di Indonesia merupakan langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas ekspor, mengurangi ketergantungan pada bahan mentah, serta mendorong pertumbuhan sektor industri. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, investasi yang memadai, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten, hilirisasi industri di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian negara dalam jangka panjang.
Hilirisasi industri bukanlah sekadar strategi ekonomi, tetapi merupakan pondasi untuk mengubah paradigma pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan meningkatkan nilai tambah produk, diversifikasi perekonomian, penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing global, dan pemberdayaan UMKM, Indonesia dapat mengatasi middle-income trap dan melangkah menuju status negara berpendapatan tinggi.
Langkah-langkah ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Hilirisasi industri bukan hanya tentang menghasilkan lebih banyak, tetapi juga tentang menghasilkan lebih cerdas dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Al Arif, Mohammad Nur Rianto. (2024). Hilirisasi Industri dan Solusi "Middle Income Trap". Diakses pada 21 Mei 2024 dari