Green economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan. Hal ini melibatkan sektor ekonomi yang lebih ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, dan pengelolaan limbah yang bijak. Ekonomi hijau dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial. Seiring meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan dan perubahan iklim, sektor-sektor ekonomi hijau telah berkembang pesat. Hal ini mencakup pembangkit listrik tenaga surya, angkutan umum berbasis listrik, dan perusahaan yang berfokus pada efisiensi energi.
     Pertumbuhan sektor ekonomi hijau menciptakan kebutuhan baru akan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dalam teknologi dan praktik yang berkelanjutan. Hal ini mencakup insinyur energi terbarukan, ahli pengelolaan limbah, dan analis kebijakan lingkungan. Pemerintah dan perusahaan semakin menginvestasikan sumber daya dalam pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam menghadapi tuntutan ekonomi hijau. Program-program ini mencakup kursus energi terbarukan, sertifikasi efisiensi energi, dan pelatihan pengelolaan limbah. Ekonomi hijau juga membuka peluang untuk pendapatan dan pekerjaan yang stabil. Dengan meningkatnya permintaan akan produk dan layanan berkelanjutan, tenaga kerja dalam sektor ini memiliki peluang yang menjanjikan. Pasar tenaga kerja dalam ekonomi hijau memiliki dampak sosial dan lingkungan yang positif. Hal ini mencakup pengurangan emisi karbon, konservasi sumber daya alam, dan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Meskipun ada peluang besar, ada tantangan seperti transisi dari pekerjaan yang kurang berkelanjutan dan perlunya regulasi lingkungan yang ketat. Namun, hal ini menciptakan peluang untuk inovasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Peluang Pekerjaan
     Industri yang mendukung ekonomi hijau akan berkembang dan membutuhkan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang besar. Indonesia dinilai penting masuk ke dalam transformasi ekonomi hijau ini melalui transisi energi dan mulai membangun ekosistem green jobs yang akan memperkuat populasi usia produktif. Untuk melakukan transisi energi, dibutuhkan kesadaran untuk beralih menggunakan produk yang ramah lingkungan dan persiapan migrasi ke green jobs. Peluang yang bisa diperoleh Indonesia yaitu penciptaan lapangan kerja pada sektor ekonomi hijau. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan, Enrico Hariantoro, pada acara webinar Indonesia's Green Jobs Conferences yang diselenggarakan pada Selasa, 8 Februari 2022, bahwa terdapat tiga sektor utama dengan potensi menyediakan lapangan kerja hijau atau green jobs terbesar, yaitu pada sektor pertanian, sektor pariwisata, dan sektor energi.
     Sektor pertanian sendiri mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif selama pandemi dan generasi milenial juga mulai tertarik dan meminati sektor ini. Sedangkan dari sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
memprediksi akan dibuat produk ecotourism atau ekowisata dan wellness tourism atau wisata kesehatan yang dapat menyerap tenaga kerja baru. Dan dari sektor energi, sudah terdapat 12 juta realisasi pekerjaan energi baru terbarukan (EBT) di tahun 2020 secara global. Hal tersebut berdasarkan hasil riset International Renewable Energy Agency (IRENA) dan akan muncul 43 juta pekerjaan EBT di tahun 2050. Dalam rangka meningkatkan kualifikasi nasional, Indonesia sudah memiliki peta okupasi green jobs yang terdapat 5 bidang atau sektor tenaga kerja yang berpotensi menghasilkan green jobs, yaitu sektor pertanian, sektor manufaktur, sektor konstruksi, sektor jasa dan administrasi, dan sektor ketenagalistrikan dan EBT.Â
     Jika pemerintah berhasil melakukan intervensi yang cukup signifikan dari bidang EBT, Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik, pemanfaatan berkelanjutan termasuk sirkuler ekonomi, efisiensi energi, dan peningkatan pengolahan limbah, Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam memprediksi akan ada sekitar 1,8 juta sampai 2,2 juta lapangan kerja tambahan pada tahun 2060. Konteks ekonomi hijau diharapkan dapat menciptakan green investment yang memiliki multiplier effect yang dapat menciptakan 7 sampai 10 kali lipat lapangan pekerjaan baru, yang mana hal ini lebih besar daripada investasi dari sektor konvensional. Pihak Kementerian Perindustrian juga sudah menginisiasi beberapa jenis pelatihan untuk lapangan kerja hijau, diantaranya yaitu eco-planner, eco-design arsitek, eco creation planner, electrical technicians, energy startup, organic food entrepreneur, solar panel technician, waste management startup, yang diharapkan dapat bertambah seiring Indonesia bertransisi ke ekonomi hijau.
Pasar Tenaga Kerja
     Kebijakan pasar tenaga kerja yang tepat dapat mempermudah transisi green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan. Langkah-langkah tersebut mencakup pelatihan kerja, kredit pajak untuk pekerja berpenghasilan rendah, infrastruktur ramah lingkungan dan dorongan investasi penelitian dan pengembangan, serta kebijakan pajak karbon. Transformasi ramah lingkungan ini juga akan mencakup transformasi pasar tenaga kerja, dengan perpindahan pekerjaan antar jenis pekerjaan dan sektor. Salah satu alasan mengapa pergeseran lapangan kerja di negara-negara maju tidak terlalu besar adalah karena sebagian kecil pekerjaan bersifat green intensive, yang berarti meningkatkan kelestarian lingkungan (seperti insinyur elektro teknologi), atau padat polusi.
     Faktor lain yang dapat membantu memudahkan transisi adalah upah yang lebih tinggi untuk pekerjaan yang lebih ramah lingkungan. Dalam analisis yang dilakukan oleh International Monetary Fund (IMF) terhadap negara maju, menemukan bahwa rata-rata pekerjaan yang bersifat ramah lingkungan menghasilkan sekitar 7 persen lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata pekerjaan yang menghasilkan polusi, bahkan ketika aspek keterampilan, gender, dan usia ikut serta sebagai indikator analisisnya. Hal ini merupakan kabar baik, karena dapat menarik pekerja untuk mencari pekerjaan yang lebih ramah lingkungan atau istilahnya green jobs. Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk merancang kebijakan pasar tenaga kerja yang dapat membantu mengalihkan keseimbangan menuju pekerjaan yang lebih ramah lingkungan dan memudahkan transisi bagi pekerja.
Pengembangan Pekerjaan Hijau di Indonesia
     Terdapat beberapa hal yang mampu mempengaruhi perkembangan green jobs di Indonesia diantaranya: penyebaran pekerjaan hijau dalam banyak bidang, penciptaan jenis pekerjaan baru, dan pengarusutamaan ekonomi hijau. Selain itu, kesadaran masyarakat
tentang isu perubahan iklim dan dukungan dari semua pemangku kepentingan mampu menjadi faktor yang mempercepat implementasi pekerjaan hijau di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki potensi peningkatan pekerjaan hijau yang besar. Peningkatan ini akan berdampak positif pada kualitas lingkungan, ketersediaan sumber daya alam, dan pertumbuhan ekonomi. Untuk menuju Indonesia era pekerjaan hijau, diperlukan persiapan dari berbagai sektor. Dalam sektor pendidikan dan tenaga kerja dibutuhkan pemahaman, keterampilan, dan lapangan kerja yang mendukung. Dalam sektor ekonomi dibutuhkan investasi besar dan persiapan untuk transformasi bisnis yang tidak ramah lingkungan. Kolaborasi antar pemangku kepentingan juga merupakan kunci penciptaan pekerjaan hijau, termasuk keterlibatan sektor bisnis yang sangat krusial.
     Salah satu upaya kolaborasi yang sedang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Bappenas yaitu bekerja sama dengan Pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) dalam proyek "Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED)" yang bertujuan untuk mendorong dan mempromosikan pekerjaan hijau di Indonesia. Pemerintah juga akan melakukan formulasi regulasi mengenai pekerjaan hijau di Indonesia. Salah satu langkah untuk mempersiapkan Indonesia dalam implementasi pekerjaan hijau yaitu dengan diselenggarakannya Indonesia Green Jobs Conference. Yang mana konferensi ini berfokus pada institusionalisasi dan kelanjutan pekerjaan hijau di Indonesia.
Dampak Sosial
     Pertumbuhan sektor ekonomi hijau juga mempengaruhi dampak sosial yang cukup signifikan. Dampak sosial dari pertumbuhan sektor ekonomi hijau tersebut, diantaranya:
1. Pertumbuhan sektor ekonomi hijau dapat membawa peningkatan kualitas hidup melalui udara lebih bersih, air yang lebih sehat, dan akses energi yang lebih terjangkau.
2. Peluang pekerjaan baru dalam ekonomi hijau dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan di masyarakat.
3. Model ekonomi hijau membuka pintu bagi inklusi sosial dengan memungkinkan akses pekerjaan bagi kelompok-kelompok marginal dan perempuan.
4. Seiring dengan perubahan ekonomi, diperlukan adanya pelatihan tambahan dan pengembangan keterampilan untuk memenuhi permintaan dalam sektor ekonomi hijau.
5. Pertumbuhan sektor-sektor ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan.
      Pertumbuhan sektor ekonomi hijau atau green economy membawa beberapa dampak pada perekonomian di Indonesia. Salah satu aspek yang terdampak atau terpengaruh yaitu ketersediaan lapangan kerja atau peluang pekerjaan yang baru. Selain itu, pertumbuhan sektor ekonomi hijau juga membawa dampak pada aspek sosial. Ekonomi hijau sendiri merupakan gagasan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas atau kegiatan ekonomi. Salah satu faktor yang menyebabkan sektor-sektor ekonomi hijau mengalami perkembangan yang pesat adalah karena semakin meningkatnya kesadaran mengenai isu-isu kerusakan lingkungan. Dari hasil analisis-analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ekonomi hijau akan menciptakan berkali-kali lipat lapangan kerja baru daripada ekonomi konvensional yang selama ini digunakan. Karena hal tersebut, maka dibutuhkan pelatihan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan sektor-sektor ekonomi hijau. Dibutuhkan beberapa cara untuk mendorong dan mendukung transisi atau peralihan dari ekonomi konvensional yang sebelumnya menuju ke ekonomi hijau. Beberapa cara tersebut, diantaranya adalah kebijakan pasar tenaga kerja yang tepat, dan upaya dukungan dari pemerintah.
     Sedangkan dampak sosial dari pertumbuhan sektor ekonomi hijau cukup signifikan. Diantaranya yaitu peningkatan kualitas hidup masyarakat, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesadaran lingkungan di masyarakat. Namun, sektor ekonomi hijau juga dapat memiliki beberapa dampak sosial negatif, seperti potensi untuk mengakibatkan pekerjaan yang tidak berkelanjutan di sektor-sektor tradisional yang berorientasi pada sumber daya fosil. Oleh karena itu, penting untuk
merencanakan transisi yang bijak untuk mengatasi dampak-dampak ini dan memastikan bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam proses pertumbuhan sektor ekonomi hijau. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan keterampilan diperlukan untuk mendorong tenaga kerja beralih ke lapangan pekerjaan yang berkelanjutan. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam memfasilitasi dan mengatur kebijakan yang dapat mendorong dan mendukung transisi ke ekonomi hijau.
DAFTAR PUSTAKA Â
KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA MANUSIA ESDM PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA  MANUSIA APARATUR. (2021, September 20). Mengenal Lebih Dalam Langkah  Aplikasi Ekonomi Hijau di Indonesia. PPSDM Aparatur. Retrieved October 24, 2023,  from https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/seputar-ppsdma/mengenal-lebih-dalam langkah-aplikasi-ekonomi-hijau-di-indonesia
Primadhyta, Safyra. (2022, Februari 08). RI Siapkan Lapangan Kerja untuk Sektor Ekonomi  Hijau. CNN Indonesia. Retrieved October 24, 2023, from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220208203008-92-756703/ri-siapkan-lapangan-kerja-untuk-sektor ekonomi-hijau
Bluedorn, John. Niels-Jakob Hansen. (2022, April 13). Kebijakan Pasar Tenaga Kerja yang  Tepat Dapat Mempermudah Transisi Pekerjaan Ramah Lingkungan. IMF Blog. Retrieved October 24, 2023, from https://wwwimforg.translate.goog/en/Blogs/Articles/2022/04/13/blog041322sm2022weoch3_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Nurfaizah, Ayu. (2022, Februari 25). Kesiapan Indonesia dalam Pengembangan "Green Jobs". Green Network. Retrieved October 25, 2023, from https://greennetwork.id/unggulan/kesiapan-indonesia-dalam-pengembangan-green-jobs/
PENULIS:
1. Paramitha Hikmah Rimaningtyas (Management '21) Public Relation Departement of ECOFINSC 2023
2. Rizka Febina Lestari (Accounting '22) Public Relation Departement of ECOFINSC 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H