Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Suku Bunga The Fed bagi Perekonomian Indonesia

17 Desember 2023   17:29 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:56 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian Suku Bunga The Fed
          Suku bunga "The Fed" merujuk pada tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve, atau biasa disebut "The Fed" di Amerika Serikat. Federal Reserve adalah bank sentral Amerika Serikat, yang memiliki kendali atas kebijakan moneter negara
tersebut. Salah satu alat utama yang digunakan oleh Federal Reserve untuk mengendalikan ekonomi adalah mengatur suku bunga. Suku bunga "The Fed" adalah tingkat suku bunga yang digunakan oleh bank sentral untuk meminjamkan uang kepada bank-bank komersial atau untuk menentukan tingkat suku bunga dasar dalam ekonomi. The Fed sebagai bank sentral dari negara pusat perekonomian dunia, kebijakannya menjadi acuan bagi bank sentral negara untuk menetapkan kebijakan. Oleh karena itu, wajar saja kalau segala keputusan The Fed juga mempengaruhi kondisi pasar, baik domestik dan internasional.

Pengaruh Suku Bunga the fed terhadap Rupiah
          Pengaruh suku bunga "The Fed" (Federal Reserve) terhadap nilai tukar Rupiah (IDR) adalah salah satu aspek penting dalam ekonomi makro. Tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve, terutama suku bunga acuan seperti Federal Funds Rate, memiliki dampak yang signifikan pada pasar mata uang global, termasuk mata uang Rupiah. Pengaruh ini diantaranya:

1. Pengaruh terhadap Investasi Asing
           Ketika The Fed menaikkan suku bunga, mata uang Amerika Serikat (USD) menjadi lebih menarik bagi investor global karena mereka dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dengan berinvestasi dalam aset-aset berdenominasi dalam USD. Ini cenderung menyebabkan aliran modal masuk ke AS, yang meningkatkan permintaan terhadap USD dan dapat menyebabkan depresiasi Rupiah.
2. Pengaruh terhadap Biaya Utang
          Kenaikan suku bunga The Fed membuat biaya meminjam dalam USD lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki utang dalam USD. Biaya servis utang yang lebih tinggi ini dapat mengurangi aliran kas ke negara tersebut, sehingga memengaruhi nilai tukar Rupiah.
3. Pengaruh terhadap Inflasi
          Suku bunga yang lebih tinggi di AS dapat mempengaruhi inflasi global dan, sebagai akibatnya, dapat memengaruhi nilai tukar Rupiah. Ini terjadi karena perubahan suku bunga dapat mempengaruhi harga komoditas, perdagangan internasional, dan permintaan terhadap mata uang Rupiah.

4. Sentimen Pasar
          Keputusan The Fed mengenai suku bunga juga memengaruhi sentimen pasar global. Kondisi ekonomi AS seringkali dianggap sebagai indikator kesehatan ekonomi global, sehingga perubahan dalam suku bunga The Fed dapat memicu perubahan dalam persepsi risiko dan minat investor global terhadap aset-aset berisiko.

Dampak Suku Bunga the fed terhadap Perekonomian Indonesia
          Kenaikan suku bunga The Fed dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

1. Kenaikan suku bunga The Fed dapat menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurut Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan kebijakan suku bunga The Fed akan mendorong larinya aliran modal dari negara berkembang termasuk Indonesia ke AS, yang memungkinkan terjadinya capital outflow dimana rupiah akan semakin melemah. Pada awal perdagangan, rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS di angka Rp15.360/US$ Senin (18/9/2023). Pelemahan ini merupakan yang terparah sejak 13 September 2023.

2. Kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu kenaikan suku bunga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat membuat pinjaman dan produk kredit menjadi lebih mahal bagi konsumen, sehingga dapat mengurungkan niat masyarakat untuk meminjam.

3. Kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu inflasi di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Hal ini dapat membuat harga barang dan jasa menjadi lebih mahal, sehingga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.

4. Kenaikan suku bunga The Fed dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi global melambat, maka dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kebijakan yang Dilakukan Oleh Indonesia Menanggapi Kenaikan Suku Bunga The Fed
          Perry menjelaskan, BI telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Salah satunya dengan melanjutkan kebijakan intervensi pasar dan membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. BI juga akan melanjutkan twist operation, yaitu instrumen moneter dengan menjual SBN di pasar sekunder dengan tenor pendek, agar meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing.

           Dengan demikian, Indonesia tampaknya telah merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan bijak dan mempersiapkan tindakan-tindakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah di tengah perubahan kondisi global. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan, telah mempunyai lima strategi dalam menghadapi normalisasi kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), untuk menaikkan suku bunga acuan. BI memproyeksi, kenaikan itu mulai terjadi pada Maret 2022.

          Lima strategi itu, yaitu pertama, memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi.
          Kedua, mengurangi suntikan likuiditas secara bertahap terhadap perbankan. Keputusan ini diambil setelah bank sentral secara masif menambah likuiditas perbankan (quantitative easing) akibat pandemi COVID-19 di tahun 2020--2021.
          Ketiga, bank sentral berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi.
          Keempat, BI akan memperluas penggunaan local currency settlement (LCS) sebagai sarana untuk penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi bilateral dengan negara-negara mitra utama, khususnya Asia.
          Kelima, BI memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan melalui kerja sama dengan instansi terkait, serta bersama Kemenkeu menyukseskan enam agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.

DAFTAR PUSTAKA

Republika Online. (2023, September 29). Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed terhadap Ekonomi Indonesia. https://rejogja.republika.co.id/berita/rcvxen291/dampak-kenaikan-suku-bunga-the-fed-terhadap-ekonomi-indonesia 

CNBC Indonesia. (2023). Suku Bunga The Fed Masih Rawan Naik, RI Harus Telan

Pil Pahit. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230918093952-128-473282/suku-bunga-the-fed-masih-rawan-naik-harus-telan-pil-pahit

Kompas.id. (2023). Langkah The Fed Naikkan Suku Bunga Diyakini Tidak Memberatkan RI. https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/07/27/langkah-the-fed-naikkan-suku-bunga-diyakini-tidak-memberatkan-ri

Mishkin, F. S. (2018). The Economics of Money, Banking, and Financial Markets (12th Edition). Pearson.

Taylor, J. B., & Williams, J. C. (2009). A black swan in the money market. American Economic Journal: Macroeconomics, 1(1), 58-83.

PENULIS:

1. Bella Tri Puspita Sari (Accounting '21) Project Departement ECOFINSC 2023

2. Muhammad Faiz Fahreza (Management '21) Project Departement ECOFINSC 2023

3. Farhan Muhammad (Accounting '21) Project Departement ECOFINSC 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun