Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Green Economy dalam Menghadapi Resesi di Indonesia

29 November 2023   18:20 Diperbarui: 29 November 2023   18:41 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Ecofinsc

          Saat ini, Indonesia mengalami masa perekonomian pasca adanya pandemi COVID-19. Adanya pandemic COVID-19 itu sendiri, menyebabkan perekonomian di Indonesia menurun. bisa dilihat dari beberapa faktor, misalnya Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang turun, hilangnya kesempatan kerja di masyarakat, yang pada akhirnya daya dorong pembeli menurun. Di situasi tersebut, pemerintah akhirnya menaikkan anggaran subsidi terutama subsidi BBM dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan akan terus

meningkat. Adanya kenaikan subsidi tersebut secara terus menerus, akan membawa dampak negatif menurut para penyelenggara negara yang berwenang. Akhirnya pada Kuartal keempat tahun lalu, Indonesia menaikkan harga BBM Pertalite naik menjadi Rp 10.000/liter, harga Solar Subsidi naik menjadi Rp 6.800/liter, dan Pertamax naik menjadi Rp 14.500/liter.

          Permasalahan lainnya yang dihadapi Indonesia baru-baru ini ialah ketegangan permasalahan Russia-Ukraina. Adanya permasalahan ini sangat berdampak bagi Indonesia, terutama di sector perdagangan. Menurut pengamat ekonomi di Universitas Jember, Adhitya Wardhono, adanya konflik Rusia-Ukraina sangat berdampak di sector perdagangan dikarenakan Indonesia sendiri masih mengimpor bahan bahan yang di-ekspor oleh Ukraina seperti gandum dan oleh Rusia sendiri, Indonesia masih mengimpor besi dan baja. Sementara itu, 56 persen dari 88 persen ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina adalah minyak sawit mentah. Dengan begitu, bila ada konflik dari dua negara tersebut, akan berimbas kepada Indonesia melalui lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi, serta supply shock dalam perdagangan internasional Indonesia. Bila hal-hal seperti ini terus akan terjadi di masa yang akan datang, ini akan mengakibatkan penurunan perekonomian yang sehingga akan menyebabkan adanya resesi di Indonesia.

          Resesi ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai

negatif selama dua kuartal berturut-turut. Salah satu cara untuk memperbaiki adanya masalah-masalah ekonomi di atas, yang dapat menimbulkan resesi di Indonesia, salah satu caranya adalah dengan penguatan ekonomi melalui metode green economy.

Pengertian dan Penerapan Green Economy

          Green Economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan . Untuk menanggulangi terjadinya resesi, bila berkaca dari penanganan COVID-19 kemarin, pemerintah menerapkan kebijakan fiskal serta pengembangan dalam metode green economy. Salah satu contoh green economy untuk menghadapi masalah-masalah di sini ialah dengan pengembangan jumlah UMKM di Indonesia. Sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah pelaku usaha paling dominan di Indonesia, yang menjadikannya sebagai pendorong ekonomi Indonesia. UMK ini memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, yang menunjukkan peningkatan ekonomi negara (Widyastuti, Nuswantoro, & Sidhi, 2016).

          Data yang dikumpulkan oleh Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa ada 64,2 juta pelaku UMKM, atau 99,99 persen dari seluruh pelaku usaha di Indonesia. Pelaku usaha mikro menyumbang 98,68 persen dari total pelaku usaha, dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89 persen. Sementara sumbangan usaha mikro terhadap PDB hanya sekitar 37,8 persen. Karena jumlah UMKM (terutama usaha mikro) yang besar dan daya serap tenaga kerja yang tinggi, data di atas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi basis ekonomi nasional yang kuat. Sektor ini berkontribusi secara signifikan terhadap pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia setiap tahunnya. Karena jumlah UMKM terus meningkat setiap tahunnya, secara tidak langsung pengangguran juga akan berkurang. Digitalisasi UMKM dapat membantu pertumbuhan ekonomi hijau dengan

memanfaatkan hasil market intelligence untuk mengembangkan produk. Ini dapat berdampak pada pertumbuhan UMKM di bidang teknologi (Wijoyo, 2020). Dua konsep yang dapat dilakukan dalam digitalisasi UMKM ini adalah Fintech berbasis Payment Gateway dan Digital Marketing.

Peran Digital Teknologi terhadap Perekonomian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun