Ir. Joko Widodo beserta lapisannya sudah memiliki tekad bulat untuk meladeni Uni Eropa terkait hal ini.
Ir. Joko Widodo sendiri memaparkan alasan mengenai adanya keputusan ini berlaku. Indonesia mengekspor barang mentah (biji nikel) dihargai murah yang mana membuat Indonesia beserta perekonomiannya hanya hanya bergerak di tempat. Selain pendapatan tidak ada perkembangan, SDM pun menjadi tidak ada kemajuan seperti di negeri lain.
Sedangkan apabila Indonesia mengekspor nikel dalam bentuk bahan jadi, maka benefits atau keuntungan yang Indonesia dapat adalah pendapatan negara yang naik sesuai perhitungan dikarenakan barang jadi standarnya dihargai lebih mahal, juga SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia lebih bergerak sehingga pengangguran bisa semakin ditekan jumlahnya.
Dan hal inilah yang tidak diinginkan oleh Uni Eropa. Bila Indonesia mengekspor nikel atau barang lain dalam bentuk jadi atau setengah jadi otomatis mereka tidak akan bisa lagi memproduksi produk dengan harga murah.
Ir. Joko Widodo pun mengatakan bahwa penghentian ekspor barang mentah nikel ini baru titik mula, karena masih ada rencana-rencana lainnya mengenai penghentian maupun pembatasan ekspor material/sumber daya alam ke luar negeri.
Salah satu mahasiswi fakultas pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA) berpendapat mengenai hal ini.
"Pendapat saya tentang indonesia melarang ekspor biji nikel mentah dengan alasan cuman di hargain rendah. Ya bener karena indonesia pendapatan negara nya harus seimbang kalo terus-terusan ekpor biji nikel mentah yg ada ekonomi cuman jalan ditempat." Ujar mahasiswi yang diketahui bernama Devita tersebut, yang ditemui di depan halte Adam Malik siang itu.
Lalu salah satu mahasiswa Universitas Pamulang fakultas Ekonomi dan Bisnis pun memberikan tanggapannya mengenai hal ini.
"Kalau menurut saya sih langkah pak Jokowi ini udah bener sih, karena kita kan udah ekspor raw materials berpuluh-puluh tahun yang lalu nah semisalkan kita ekspor barang setengah jadi atau barang jadinya mungkin gak ada yang namanya pengangguran, gak ada yang namanya pendapatan Indonesia cuman disitu-situ saja. Saya sadar Indonesia tuh dibilang berkembang ya enggak berkembang dibilang maju juga gak maju karena keseringan dibodohi orang luar dengan jual barang mentah dan dihargai murah." Ujar mahasiswa berani Iqbal yang ditemui di kampus utama Unpam sore itu.
Mungkin sudah saatnya suara rakyat Indonesia didengar dengan didukung pemerintah beserta lapisannya yang mulai terbuka dengan kondisi negara yang dipimpinnya sendiri.
Kami semua percaya bahwa Indonesia bisa berkembang dengan baik (bukan asal berkembang) hingga kelak dijuluki "Macan asia yang kembali bangkit dengan gagah".
Indonesia bisa, berawal dari rakyat, pemerintah, hingga buwi pertiwi ini bisa kembali tertawa seperti sedia kala.