Bagaimana kabarnya? semoga dalam keadaan baik-baik saja ya. Kita sudah berapa lama sih menghadapi kondisi pandemi di Indonesia ini? pastinya sudah sangat lama dan merasa jenuh ya tentunya. Indonesia sudah tertular virus ini sejak awal tahun, dimana pada saat itu angka kematian di Indonesia akibat pandemi masih rendah.
 Beberapa ahli kesehatan memberikan himbauan untuk memperkuat imun kita dengan rutin mengkonsumsi makanan 4 sehat, 5 sempurna, rutin mengkonsumsi vitamin, dan juga rutin mengkonsumsi beberapa ramuan herbal untuk membangun double proteksi didalam tubuh.
Untuk ramuan herbal sendiri itu apa sih?
Ramuan herbal adalah minuman yang bahan bakunya bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Diantaranya, ada Jahe, Meniran, Sambiloto, Kumis Kucing, Daun Tempuyung, Sosor Bebek, Pegagan, dan masih banyak lagi.
Di Indonesia sendiri, dikenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah, tanaman-tanaman yang memiliki khasiat tinggi.Untuk pengolahannya sendiri tidak boleh sembarangan lho, harus ada pengawasan dari BPOM, juga resep dan porsi yang imbang nan sesuai ya. Jika ingin belajar membuat sebaiknya didampingi oleh ahlinya.
Belakangan ini, Empon-empon sering banyak diperbincangkan oleh masyarakat. Karena, kabarnya empon-empon ini merupakan ramuan berbentuk tanaman-tanaman kering yang tinggal diseduh saja seperti teh.
Empon-empon berasal dari kata rempah-rempah yang berbentuk kumpulan rerempahan, dimana rerempahan atau tanaman ini sudah dalam bentuk diawetkan dengan cara dikeringkan jadi aman untuk tubuh, selama dikonsumsi tidak berlebihan. Biasanya cukup 1x sehari setiap pagi.
Empon-empon atau rerempahan ini biasanya, dijual dengan kemasan plastik ukuran 1x seduh. Satu bungkus biasanya diseduh dalam gelas besar takaran kurang lebih 200ml air panas mendidih. Namun dalam keadaan pandemi seperti ini alangkah baiknya membuat sendiri, bisa menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan.
Dalam meramu empon-empon atau rerempahan sendiri, harus menggunakan bahan yang fresh atau segar agar tidak mempengaruhi rasa, bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain adalah :
-3 ruas jari kunyit
-2 ruas jari jahe merah
-1 empu/8 cm temulawak
-3-5 batang sereh
-2 batang kayu manis
-3 gelas air
masuk pada tahap pembuatan :
1. Semua bahan dicuci dengan bersih, dikupas, setelahnya dimemarkan dengan cara di geprek menggunakan pisau atau cobek.
2. Setelahnya didihkan 3 gelas air dalam panci, lalu agar air tidak mudah asat atau surut, api harus dikecilkan dan setelahnya bahan-bahan diatas bisa dimasukkan semua.
3. Bahan-bahan diatas dimasak dalam waktu 15 menit. setelahnya saring kedalam teko atau wadah lainnya menggunakan penyaring. Disini yang dibutuhkan hanya airnya saja sedangakn ampasnya bisa digunakan untuk tanaman.
Bagi orang-orang tidak suka dengan rasa pahit atau tawarnya, bisa ditambahkan madu atau gula aren sesuai selera, namun perlu diingat untuk penderita gula ada baiknya untuk meminimalisir, tidak perlu banyak-banyak.
Lalu, bagaimana dengan pelestariannya? Karena sebagian orang sangat malas membeli bahan-bahan yang dibutuhkan ke pasar. Ya, jika sobat kompasiana memiliki lahan kosong dirumah, bisa memanfaatkan lahan tersebut dengan menanam tanaman-tanaman herbal tersebut.
Jika sobat ingin menanam jahe, maka sebaiknya bibit jahe dibeli dari kebun, bukan dari dari pasar. Kenapa dari kebun? dikarenakan kalian bisa memesan umur jahe yang pas untuk dikembangbiakkan. Biasanya jahe yang ditanam adalah jahe indukan.
Jahe Indukan ini, akan dipotong menjadi serupa dengan bibit-bibit kecil. Setelahnya potongan jahe atau bibit jahe tersebut harus direndam ke dalam larutan agrimicin 0,1 %, dan didiamkan dalam waktu 8 jam.
Potongan jahe atau bibit jahe tersebut diangkat dan harus dikeringkan terlebih dahulu, baru ditanam didalam pot. Lalu kapan jahe akan tumbuh? rasa-rasanya tidak sabar yah menunggu tanaman yang kita budidayakan sendiri bisa berkembang dengan baik.
Ya, tanaman jahe tersebut normalnya akan tumbuh besar dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan. Dalam waktu 3 bulan tersebut kalian harus rutin merawatnya dengan menyiram menggunakan air keran biasa di minggu pertama dan pada saat pemupukan.
Bagaimana? mudah bukan?
Dalam pelestarian jahe dan juga tanaman herbal lainnya, tidak hanya bisa dikonsumsi saja lho tapi jika kita ingin, kita bisa memproduksinya dalam skala kecil dahulu untuk diperjual belika. Asyik dan mudah bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H