Mohon tunggu...
Ecin
Ecin Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Wijaya Kusuma 03

Guru Sekolah Dasar Negeri Wijaya Kusuma 03 Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Pikir Ku Rumahmu

22 Januari 2024   20:26 Diperbarui: 24 Januari 2024   22:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rasa yang sudah lama mati, rasa yang sudah lama tak  ada di hati  selama 13 tahun lamanya. Pada hari itu ada cahaya yang hadir memberikan kehangatan dalam hidupku yang sudah lama mati. Cahaya yang pada tahun 2007 pernah memberikan kehangatan dan keindahan seperti sunset pada sore hari yang sllu aku inginkan. Hanya saja tak mampu aku meminta melihatnya  cahaya itu, bertahun - tahun aku pandangin cahaya yang indah itu, ingin rasanya jadi bagian dari indahnya dan hangatnya cahaya itu.Cahaya yang aku harapkan ternyata tak lagi dapat ku lihat lagi, karena ada  awan hitam yang menghampirinya.

Tahun 2020 pertemuan aku dengan nya setelah sekian lama kami tak berjumpa. Hati ni berkata apakah ni jodoh atau hanya kebetulan saja kita dipertemukan. Sejak pertemuan itu aku dan kamu merasakan seperti membuka kembali harapan dan asa tuk dapat bersama. Kita saling  memberikan harapan satu sama lain sampai akhirnya kita menyadari tu adalah hal yang konyol untuk dapat bersama.

Cahaya yang aku impikan ternyata ada pemiliknya walaupun cahaya itu tidak memberikan kehangatan pada pemiliknya. Cahaya itu berjanji sinar dan kehangatannya hanya untuk aku semata yang dia cintai. Tapi dengan berjalannya waktu aku sendiri tidak tau , apakah utuh untuk aku atau hanya kiasan  saja harapanmu terhadap aku?

Aku pikir kamu rumah ku, tempat dimana angan rasa tu cuma kita yang bisa rasakan, tapi aku rasa aku hanya tempat singgah mu disaat kamu tak bisa bercerita pada dunia, dan hanya pada ku lah kmu dapat bercerita tapi tak benar-benar ku jadi tempat rumah mu yang kamu harapkan.

Sepertinya angan-angan itu harus ku buang jauh jauh demi kebaikan mental aku, agar aku tak terlalu jauh berharap dengan yang tak pasti.karena kamu bukan cahaya ku yang dapat menyinari kehidupanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun