Aroma ibuku masih disini
Lembut belaian dalam pelukan
Suara bisiknya ibarat kunang-kunang bercahaya
Masih terekam, terukirÂ
Terpahat di nadi yang setia menyimpan
Hari berlalu di jalanku
Aku melihat bekas tapak kaki ibu
Diatas jalan berduri penuh kembangÂ
Sembari bercerita banyak
Dalam rona wajahnya, rekah bunga di dadaku
Jauh dari masa lampau
Aku menyusuri ceritanya
Mencoba mencerna dalam berbagai kelokan
Menahan tajamnya kerikil takdir
Mengikuti ketabahannya
Menapaki kerasnya  dera dengan sukacita
Bu, aku ingin rona rekah bungamu
Agar aroma semerbaknyaÂ
Jadi ingatan anakku pula
Bukan semata perempuan yang berdiam diri
Kalah oleh dera takdirÂ
Lalu lupa menitipkan bunga sentausa di dada anakku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H