Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Tahukah Kau, Sayang?"

7 Maret 2024   19:59 Diperbarui: 7 Maret 2024   20:03 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di persimpangan waktu sempat  kita sua

Semacam dejavu lalu, kita bertatap kenang

Matamu, yang pernah kulihat bersinar teduh

Bibirmu, yang pernah bercakap.dan

Tanganmu , yang pernah membelai

Pernah merupa sebilah belati tajam berkilat

Kita sama terkesiap, sama mencabik luka

Hembusan angin lalu menjadi kini

Adalah belaian tikaman-tikaman

Yang tak lagi meneteskan air mata atau luka

Ia menjadi semesta yang benderang

Tak sembunyi dibalik bilik jiwa yang kalut

Jiwamu, jiwaku kali ini seteduh lautan

Mengayun senada irama gelombang naik turun

Kita mendayung perahu sendiri-sendiri

Dibawah rembulan dan bintang yang sama

Menyukai gelombang dan suara ombak

Menjadi kanak yang suka hujan, dan memilih kuyup dengan gembira

Ya, lalu  bakal menjadi kata bijak nan arif

Ia masak oleh waktu yang memerahnya menjadi santan

Menjadi penyedap di tiap sajian waktu yang beragam kisah

Ya, kita lebih mencintai  lebih dari hari lalu

Tahukah kau, sayang? 

Selembar daun yang jatuh pun karena kehendak-Nya, pun luka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun