Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ini ; Kita Bukan Pemiliknya

21 Januari 2024   01:58 Diperbarui: 21 Januari 2024   02:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan dibawah malam

Menekuni sunyi

Apakah sepi karena tak terdengar

Apakah senyap karena tak ada ucap

Mendiami cangkang didalam

Bersembunyi dibalik tirai

Apakah hitam karena hilang mata

Apakah gulita karena hilang hati

Meniti jalan yang melingkar

Naik turun kembali pada semula

Mengapa onar terlalu

Mengapa rusuh bertubi

Hari kemarin hari lalu

Hari ini hari usang untuk esok

Siang malam berganti tanpa suara

Lahir dan mati silih berganti

Saat mata masih bersinar terang

Harusnya hati lebih malam dari lalu

Agar takzim itu tersemat macam bunga

Yang semerbak lagi dari harumnya dunia

Ini titian yang dibangun untuk pulang, sayang

Bukan untuk kita tempati demi nama apapun

Tanah ini memang penuh rayu untuk dicumbui

Namun kita bukan pemiliknya

Mari saling tautkan tangan agar tak saling hilang dalam bisik rayuannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun