Berjalan dibawah malam
Menekuni sunyi
Apakah sepi karena tak terdengar
Apakah senyap karena tak ada ucap
Mendiami cangkang didalam
Bersembunyi dibalik tirai
Apakah hitam karena hilang mata
Apakah gulita karena hilang hati
Meniti jalan yang melingkar
Naik turun kembali pada semula
Mengapa onar terlalu
Mengapa rusuh bertubi
Hari kemarin hari lalu
Hari ini hari usang untuk esok
Siang malam berganti tanpa suara
Lahir dan mati silih berganti
Saat mata masih bersinar terang
Harusnya hati lebih malam dari lalu
Agar takzim itu tersemat macam bunga
Yang semerbak lagi dari harumnya dunia
Ini titian yang dibangun untuk pulang, sayang
Bukan untuk kita tempati demi nama apapun
Tanah ini memang penuh rayu untuk dicumbui
Namun kita bukan pemiliknya
Mari saling tautkan tangan agar tak saling hilang dalam bisik rayuannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H