Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menolak Karam Sebelum Bertemu; Kamu

23 Januari 2023   21:11 Diperbarui: 23 Januari 2023   21:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat siang yang terik di hutan kepala
Dibalik bilur waktu beberapa puisi karam
Menjadi kolam genangan airmata
Suara yang terbungkam, nyali yang patah
Beberapa sibuk beterbangan
Entah hinggap di hati siapa
Dan entah kapan ia bakal hinggap
Paking tidak ia terbang menggema sekejap
Meski akhirnya pun karam mengabu

Ia mungkin cuma separuh bait yang sampai
Atau bisa saja cuma selarik kalimat hujan
Tapi puisi adalah suara yang terbaca
Memang untuk hati yang tepat
Meski ia kehilangan kibaran sayapnya
Terbakar ditengah perjalanan atau mengabu tepat di saat hinggap
Ia tetaplah puisi yang pernah terbang jauh dari penulisnya

Kata-kata menjadi bulu sayapnya
Adalah kerapuhan jiwa penulisnya
Yang terjegal tangan dan kakinya untuk bertindak jauh
Kata-kata saja ia terbangkan, ia lontarkan
Untuk mencari jiwa pemilik rindu yang sama
Meski sama karamnya juga, diakhir temu
Ah, bisakah kutitipkan seutas rindu padamu
Lewat kata bersayap, bahwa kita tak bisa lekas karam
Sebelum sungguh menemu jiwa yang sama rindu

Kita menolak karam sebelum mencoba terbang
Sebelum bertemu kamu, sungguh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun