Menghidupi diri sendiri dan anak-anaknya. Luka? Trauma? Jelas ada. Apalagi peristiwa seperti ini membuat malu diri sendiri, rendah diri , tidak percaya diri, Â rusak secara psikologis sangat jelas. Â Tapi ketika dompet masih berisi cuan, maka perasaan nestapa sedikit bergeser dengan menenangkan hati melihat anak-anak bisa terpenuhi sandang pangannya meski kita terluka sangat. Bisa melangkah ke depan dengan sedikit percaya diri yang tersisa. Â
Nah  cinta saja tak cukup untuk mencapai tujuan pernikahan, banyak hal yang harus diketahui dan dijalankan tentang tanggung jawab masing-masing sebelum menuntut pasangan. Tapi mimpi semua kaum perempuan sama, suami setia!.Â
Jadii.. maksud tulisan ini sebenarnya untuk para istri sih. Ayo sibukkan diri menginstropeksi diri sendiri, benahi diri, benahi anak-anak dengan didikan yang wajar, mulai melihat peluang penghasilan meski kecil yang penting bisa nabung, karena meski kita mungkin jauh dari cerita Layangan putus ini  pada akhirnya kita juga bakal sendirian, jadi jangan lupa berdoa keluarga kita selamat dari badai apapun sepanjang jalannya.  Karena dicomot wanita lain atau dicomot malaikat maut sama saja, tetap kita sendiri.Â
Kita tetap tak pernah tahu apa yang akan lewat dalam hari-hari esok, paling tidak bersiap sebelum mengabu lebih baik. Bagi kaum perempuan yang mengalami cerita yang sama : Â Tetap semangat, fokus pada diri sendiri dan anak-anak! Kalian perempuan luar biasa! Â
Salam sayang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H