Baiklah, kali ini tema dalam topik pilihan yang disodorkan sedikit menggelitik tangan dan kepala untuk bekerja keras menata kalimat dari carut marut istilah perundungan dan yang terjadi di depan mata secara langsung. Â Gaskeun beud.. , Â
Pengertian perundungan yang lebih keren disebut bully atau pembulian yang dilakukan seseorang kepada orang lain kerap terjadi di lingkungan kita disebabkan adanya sikap superior seseorang kepada yang lain, yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaannya untuk melemahkan seseorang baik secara fisik dan mental dengan tujuan agar kehendaknya bisa dipatuhi. Â
Hal ini bisa terjadi di segala ruang dan waktu tanpa bisa terduga dan bisa berakibat fatal pada korban. Â Dan sayangnya, perundungan seringkali dianggap sekedar hal biasa alias diabaikan dan terkadang dilakukan oleh orang atau kawan atau saudara dekat.Â
Terutama perundungan di tempat kerja, kelas gender yang disebut perempuan lebih banyak mendapatkan perundungan baik secara mental dan fisik.Â
Perundungan di tempat kerja bagi perempuan seringkali diabaikan dengan bahasa yang seksis alias karena perempuan ya biasalah begini dan begitu, tak boleh ini dan itu.Â
Meski tak menutup kemungkinan beberapa kaum pria pun mengalami hal yang sama dari koleganya. Stigma perempuan adalah manusia kelas kedua dalam dunia kelamin sudah ada dari berabad lampau.Â
Dari banyak bahasa yang menempatkan bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang memiliki tugas tertentu saja berdasarkan fisik sudah terjadi sekian lama. Sehingga dalam dunia kerja pun, perempuan dipandang sebelah mata dan dianggap layak (biasa) mendapati rundungan dari lingkungannya.
Contoh beberapa perundungan pada perempuan dalam dunia kerja:
1. Â Perempuan lebih sering menjadi inspirasi gosip di lingkungan pekerjaan, baik dari penilaian penampilan hingga mungkin urusan pribadi bisa menjadi alasan perundungan dilakukan secara verbal maupun psikis. Â
2. Karena dianggap bisa diatur dengan mudah dan nyaris takkan menolak bila diminta bantuan menyelesaikan pekerjaan kantor yang di luar tugasnya atau melakukan pekerjaan tambahan yang nyaris tidak mendapatkan uang tambahan.Â
Karena memang perempuan harus diakui kuat dalam urusan perasaan, dengan bahasa tidak enak hati  menolak perintah atau pun permintaan dari orang lain, perempuan pasti memilih untuk mengiyakan saja sekaligus untuk menghindari tekanan lebih keras jika menolak.Â
( Saya mengalami sendiri, bagaimana lingkungan kerja saya memperlakukan saya berbeda dengan kawan kerja pria.Â
Evaluasi kinerja tidak berjalan semestinya, atasan memilih tidak banyak bicara bila kawan-kawan kerja pria tidak mengerjakan tugas mereka dengan baik.Â
Berbeda dengan saya dan teman perempuan saya, bila itu terjadi pada kami.. waduuh..suaranya bisa melengking kemana-mana baik lewat tatap muka mau pun via telepon.
 Sikap atasan terhadap kawan-kawan pria sangat manis dan suara lembut dalam situasi yang sama. Sempat terpikir.. jangan-jangan atasan saya yang takut pada kawan-kawan pria itu yang merupakan bawahannya. Atasan saya, pria lho!)Â
3. Perempuan untuk berprestasi hingga ke level atas atau memimpin suatu bidang lebih banyak mengalami tekanan dengan stigma perempuan tak bisa memimpin  dengan dipandang rendah. Biasanya perempuan yang gigih berprestasi sering dianggap sebelah mata.untuk mendapatkan promosi-promosi dari  bidang pekerjaannya.
Dari contoh diatas saya anggap sudah menjadi cerita umum dan tanpa disadari itu juga terjadi lingkungan kita bekerja. Bila hal ini terjadi ada baiknya kita belajar beberapa hal berikut:
1. Belajar mengolah emosi, agar ketika perundungan terjadi pada kita tidak membuat kita kehilangan percaya diri, stres atau sampai depresi. Tarik nafas yang terhitung dan kembalilah fokus melakukan yang sedang dikerjakan.  Abaikan sekitarkita disaat kita mersa mulai tertekan.
2. Hindari percakapan antara rekan kerja dalam urusan pribadi. Kadang persaingan yang berat dalam dunia kerja, bisa membuat partner kerja kita memakai pembicaraan pribadi untuk menjatuhkan kita.
3. Carilah partner kerja yang sudah ditimbang dan ditelusuri memiliki cita-cita yang sama membangun dunia kerja yang sehat.
4. Berlakulah adil pada diri sendiri dulu. Bila hati kita menolak untuk melakukan suatu pekerjaan yang bukan tupoksi kita, kuatkan hati  untuk langsung menolak pekerjaan tersebut.Â
5. Bila sudah tak tertahankan. Jangan paksa diri kita berada di lingkungan yang sudah tak sehat, Resign!. Berpikir positif bahwa ada tempat kerja yang lebih baik diluar sana dan pasti ada. Dunia tak selebar daun kelor, harus berani untuk melepaskan genggaman.
Mungkin dengan mempelajari hal-hal diatas bisa sedikit membantu meringankan beratnya situasi dalam dunia kerja khususnya kaum perempuan. Yang terlintas dalam kepala selama ini adalah perempuan merupakan segala kekuatan yang diimajinasikan kaum Adam, hehe...Â
Maka tetaplah kuat dalam melangkah. Selamat bekerja dengan sehat dan gembira. Salaam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H