Dulu masih gak ada media sosial macam  fesbuk, whatapps, telegram dan aplikasi lain untuk bisa terkoneksi dengan  dunia luar, bila hendak berkontak ria kita pakai surat lewat kantor pos.
 Jadiii, kalau sudah ada suara bel sepeda tukang pos didepan rumah, semua lari keluar dan bertanya-tanya siapa yang dapat kiriman surat.  Hehe.. Meski begitu informasi  dunia masih terakses dengan baik kok,  lewat  perpustakaan sekolah, majalah-majalah semacam terbitan Hai, Aneka Yes, Anita, Femina, Kartini, Trubus  dan koran mingguan lainnya.
Duh panjang sekali kalau ditulis satu-satu masa-masa terakhir sebelum jaman ini. Dan ingatan saya sudah melompat-lompat gagap. Hehe..Â
Daaan...pastinya di era ini, kita dituntut belajar lebih cepat untuk mengasah kemampuan dan ketrampilan. Era ini ternyata tidak ada waktu untuk menunggu atas kelambanan apa pun, bila tidak ya tertinggal.Â
Tapi satu yang saya pegang adalah tidak lupa akar budaya kita yang santun, sehingga perubahan apapun yang terjadi dan dilakoni tetap dalam kesantunan yang bikin kenyamanan dan keselamatan bersama adalah utama.Seperti dulu, kami masih bisa bertetangga, berkawan karib dengan baik dan melakukan segala sesuatu dengan gotong royong dan jauh dari berita hoax seperti sekarang..paling juga ghibah kecil.Haha..
Kecepatan perubahan ini juga mempengaruhi perubahan sosial di masyarakat yang wajib kita waspadai bersama ya..tidak perlu repot menelan semua perubahan dan berita bila kita tidak memiliki kompetensi untuk itu. Semua harus serba cukup, maka akan baik-baik saja.
Bagaimana kenangan generasimu, teman? ? Semoga sama indahnya ya...salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H