Mohon tunggu...
Eci FE
Eci FE Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tips Menyambut Lebaran

4 Juli 2016   11:25 Diperbarui: 4 Juli 2016   11:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan tahun ini, dalam hitungan jam akan segera berangkat pergi. Tentu saja segala sesuatu yang singgah akan membekas di dalam diri. Entah itu bekas kebaikkan ataukah sebaliknya. Ramadhan yang dilalui saat masa kanak-kanak tentu saja berbeda dangan ramadhan di fase dewasa. Seperti halnya di sekolahan, tiap tahunnya ramadhan hadir dengan sekeranjang hikmah, pelajaran, lalu akan jadi penentu standar evaluasi diri. Tentu saja tiap diri punya skor berbeda sesuai kapasitas ‘chip’ yang dititipkan padanya.

Lebaran menjelang. Kita pun bersiap menyambutnya. Lebaran digadang-gadang sebagai hari kemenangan. Kembali fitrah, dan lainnya. Benarkah kita sudah menang? Menang dari apa? Tentu hanya kita dan Tuhan yang tahu.

Lantas kita bergelimang adat tradisi turun temurun. Menyiapkan pakaian lebaran, kue lebaran, tatanan rumah ala lebaran, dan segala pernak-pernik ala lebaran. Yang merantau berbondong-bondong pulang kampung. Yang di kampung menyambut sanak family dengan suka cita. Tak ada wajah yang tanpa senyum kecuali pada jiwa yang sedang dirundung duka.

Dan untukmu yang sedang murung, dengarlah saripati pemikiran seorang filsuf ini, mungkin kau pernah membacanya, anggap saja ini sekedar mengingatkanmu. Katanya, kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya. Sedangkan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya. Adakah terasa berbeda setelah membacanya? Bagiku, iya.

Seorang imam besar kita juga berujar, kebanyakan kita manusia mudah lulus dalam ujian kesulitan yang senjatanya sabar, ketimbang ujian kebaikkan yang disenjatai rasa syukur. Ya, kita memang tak bisa lepas dari kedua hal ini, sabar dan syukur. Apapun konteksnya.

Lalu apa saja yang perlu diperhatikan selama masa lebaran, berikut tips menyambut lebaran dari saya;

1. Sekedarnya saja dalam makan minum

Dalam artian, tidak berlebih-lebihan dalam bergembira. Tidak berlebihan balas dendam makan dan minum.

Sebulan berpuasa, ruh dan tubuh kita dilatih hidup dengan pola sehat. Sebaiknya jangan dirusak lagi dengan pola hidup usang. Banyak makanan manis, minuman manis, yang disuguhi tuan rumah. Hati-hati dengan lonjakkan gula darahnya. Penyakit-penyakit keren zaman sekarang tak pandang usia muda maupun tua.

2. Sekedarnya saja belanja persiapan lebaran

Yang terima THR lebih, ingat-ingat, masih ada waktu panjang yang akan dilewati seusai lebaran. Bijaklah mengatur rezekinya. Tunaikan kewajiban. Bedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Jangan kalap lihat sale besar-besaran. Yang ada juga harga dinaikkan lalu dikasih diskon besar sebagai penarik pelanggan.

3. Silaturahim dengan yang jauh

Maksudnya, tali yang nyaris putus hendaknya jadi prioritas utama. Sambung kembali silaturahim dengan hati-hati yang berpaling. Kebanyakan kasus sih, karena buruknya komunikasi, salah pengertian. Tak ada salahnya membuka hati lebih dulu, memaafkan, merelakan yang sudah-sudah.

4. Sekedarnya saja menjawab pertanyaan-pertanyaan klasik selama lebaran

Yang tahun kemaren dan tahun ini masih jomblo siap-siap saja dengan pertanyaan, Kapan nikah? Atau yang masih bergiat menyelesaikan kripsi, kapan tamat? Atau Kapan punya anak? Kapan punya tanah seribu hektar? Akan selalu ada pertanyaan seperti itu. Dan jika memang serius, perjuangkan hingga titik penghabisan. Jangan mundur di tengah jalan hanya karena hal-hal sepele yang menghambat langkahmu!

Ada banyak opsi jawaban berkeliaran di medsos akhir-akhir ini. Pilih saja salah satunya. Yang jelas, jangan baper duluan. Anggap saja itu bentuk perhatian dan kasih sayang mereka yang amat peduli pada kita. Kita orang timur. Rasa peduli sosial yang terkesan kepo ini memang masih mendarah daging di tengah masyarakat kita. Sabar saja, ya?

5. Hati-hati

Hati-hati, lebih kepada sikap waspada. Hati-hati selama berlibur ke laut, misalnya. Bagi yang tak biasa dengan suasana laut, jangan langsung nyebur begitu terpana lihat birunya laut. Ingat, tanah di bawah air biru itu tidak datar. Dan ombak yang seakan meledek maju mundur itu punya jebakan menyeret ke tengah.

Hati-hati juga saat berada di keramaian. Tidak semua orang punya tujuan sama, cari kesenangan. Ada juga yang sengaja mencari nafkah dengan cara merugikan orang lain. Entah itu penipuan, pencopetan, dan sebagainya.

Dan hati-hati yang lebih penting itu, hati-hati menjaga perasaan orang lain. Jaga ucapan. Jaga pandangan. Jaga adab pergaulan. Budayakan lagi tradisi saling mengingatkan.

6. Tampil apa adanya

Lebaran sering jadi ajang pamer. Unjuk diri. Keinginan untuk dinilai lebih ini menggerakkan seseorang melakukan apa saja demi teraihnya gengsi. Berani mengakui dan menerima keadaan diri apa adanya jauh lebih mulia dan hebat. Tak usah malu. Tak ada aturannya lebaran harus begini begono. Jangan sampai hutang menumpuk sehabis lebaran. Bukan itu makna lebaran sebenarnya.

7. Berlebaranlah dengan sederhana.

Jika tahun depan ramadhan takkan hadir lagi untuk kita, seperti apa kita harusnya bersikap pada bulan suci yang nyaris pergi ini?

Demikian tips menyambut lebaran dari saya. Semoga ada manfaat. Selamat berhari raya idul fitri. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun