3. Silaturahim dengan yang jauh
Maksudnya, tali yang nyaris putus hendaknya jadi prioritas utama. Sambung kembali silaturahim dengan hati-hati yang berpaling. Kebanyakan kasus sih, karena buruknya komunikasi, salah pengertian. Tak ada salahnya membuka hati lebih dulu, memaafkan, merelakan yang sudah-sudah.
4. Sekedarnya saja menjawab pertanyaan-pertanyaan klasik selama lebaran
Yang tahun kemaren dan tahun ini masih jomblo siap-siap saja dengan pertanyaan, Kapan nikah? Atau yang masih bergiat menyelesaikan kripsi, kapan tamat? Atau Kapan punya anak? Kapan punya tanah seribu hektar? Akan selalu ada pertanyaan seperti itu. Dan jika memang serius, perjuangkan hingga titik penghabisan. Jangan mundur di tengah jalan hanya karena hal-hal sepele yang menghambat langkahmu!
Ada banyak opsi jawaban berkeliaran di medsos akhir-akhir ini. Pilih saja salah satunya. Yang jelas, jangan baper duluan. Anggap saja itu bentuk perhatian dan kasih sayang mereka yang amat peduli pada kita. Kita orang timur. Rasa peduli sosial yang terkesan kepo ini memang masih mendarah daging di tengah masyarakat kita. Sabar saja, ya?
5. Hati-hati
Hati-hati, lebih kepada sikap waspada. Hati-hati selama berlibur ke laut, misalnya. Bagi yang tak biasa dengan suasana laut, jangan langsung nyebur begitu terpana lihat birunya laut. Ingat, tanah di bawah air biru itu tidak datar. Dan ombak yang seakan meledek maju mundur itu punya jebakan menyeret ke tengah.
Hati-hati juga saat berada di keramaian. Tidak semua orang punya tujuan sama, cari kesenangan. Ada juga yang sengaja mencari nafkah dengan cara merugikan orang lain. Entah itu penipuan, pencopetan, dan sebagainya.
Dan hati-hati yang lebih penting itu, hati-hati menjaga perasaan orang lain. Jaga ucapan. Jaga pandangan. Jaga adab pergaulan. Budayakan lagi tradisi saling mengingatkan.
6. Tampil apa adanya
Lebaran sering jadi ajang pamer. Unjuk diri. Keinginan untuk dinilai lebih ini menggerakkan seseorang melakukan apa saja demi teraihnya gengsi. Berani mengakui dan menerima keadaan diri apa adanya jauh lebih mulia dan hebat. Tak usah malu. Tak ada aturannya lebaran harus begini begono. Jangan sampai hutang menumpuk sehabis lebaran. Bukan itu makna lebaran sebenarnya.