Siapa yang tidak kenal dengan Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Yap benar, beliau adalah polisi jujur yang menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-5 di era pemeritahan Presiden Soeharto. Â Jenderal Hoegeng ini merupakan sosok ideal polisi sepanjang masa.
Bagaimana tidak, Jenderal polisi yang satu ini tidak hanya dikenal akan kejujurannya. Namun, beliau juga dikenal sebagai polisi yang bersih, sederhana dan tegas. Bahkan, pelaku kejahatan sekaliber pun takluk ditangan beliau saat menjabat sebagai Kapolri.
Yang lebih menarik yakni semasa jabatannya, dirinya tak pernah sekalipun menerima suap dan gratifikasi sekalipun. Pantaslah, nama sang Jenderal pun diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di sebuah daerah hingga diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Bak pinang dibelah dua, di era saat ini pun masih terselip sesosok polisi yang tak kalah hebat, bersih dan jujur dari Jenderal Hoegeng, yakni Irjen Pol (Purn) Fakhrizal. Perlu kita ketahui, Fakhrizal sendiri merupakan mantan Kapolda Sumatera Barat yang menjabat dari tahun 2017 hingga 2019.
Dilansir dari berbagai sumber, selama menjabat kurang lebih 3 tahun, masyarakat Sumatera Barat mengenal Fakhrizal sebagai sosok polisi yang jujur dan tegas.Â
Bagaimana tidak, selama tiga tahun menjabat hamper dipastikan tidak ada kasus serius yang terjadi di Ranah Minang. Di bawah kepemimpinan beliau, Ranah Minang termasuk daerah yang aman dari kasus-kasus kejahatan. Mulai dari kasus kejahatan yang kecil hingga kasus kejahatan besar sekalipun. Hal itu pun diakui oleh warga Sumbar.
Begitu besarnya rasa sayang dan cintanya masyarakat Minangkabau terhadap pemimpinnya, Â pada Kamis, 19 Desember 2019, Bandara Internasional Minangkabau menjadi saksi bisu dan sebagai bukti betapa cintanya masyarakat terhadap sang Jenderal yang satu ini. Hari itu, pria berkumis itu resmi mendapatkan tugas baru di Markas Besar (Mabes) Polri. Ratusan masyarakat pun turut melepas kepergian sang pemimpin untuk menjalani tugas baru. Ratusan masyarakat itu dengan spontan pun meneriaki Fakhrizal sebagai gubernur Sumbar.
Menelaah kembali kebelakang, sang Jenderal Bintang Dua itu memang terkenal akan lemah lembutnya terhadap masyarakat, santun dan begitu juga dekat dengan ninik mamak serta para alim ulama. Lambut secara persuasif namun tegas dalam penegakkan hukum. Tegas bukan berarti keras, lembut bukan berarti lemah. Sifat inilah yang selalu ditunjukkan kepada masyarakatnya hingga masyarakatnya pun begitu sayang dan cinta terhadap pria kelahiran Bukittinggi, 26 April 1963 itu.
Bukti yang lebih menguatkan lagi adalah pelepasan sang Jenderal untuk tugas barunya itu adalah masyarakat yang ikut sampai berlinangan air mata. Bahkan diantaranya, banyak masyarakat yang telah menunggu sejak pagi di bandara tersebut. Saking sayangnya, masyarakat pun berhamburan untuk menyalami sang Jenderal hingga kepintu VVIP bandara dan meminta pria berkumis itu untuk dapat kembali ke tanah kelahiran sebagai orang nomor satu di Ranah Minang.
Selain masyarakat, para alim ulama yang juga hadir dengan jumlah massa yang tidak kalah banyak juga meminta kepada sang Jenderal untuk dapat kembali ke Ranah Minang sebagai gubernur sembari meneriakkan takbir.
Sementara itu, di ruangan VVIP itu juga sudah menunggu Wali Kota Pariaman, Genius Umar yang mendukung pencalonan Fakhrizal sebagai gubernur Sumbar. Serta dirinya juga bersedia bila dipercaya untuk mendampingi beliau dalam memimpin Sumatera Barat.
Gayung pun bersambut, Fakhrizal yang saat itu pun juga tak ingin mengecewakan masyarakatnya dan ingin segera kembali ke Ranah Minang untuk merealisasikan keinginan masyarakatnya tersebut.
Dengan begitu, tak salah jika kita sandingkan Fakhrizal dengan Jenderal Hoegeng dengan kebaikan-kebaikan serta kejujuran yang telah mereka lakukan selama mengabdi di dunia kepolisian serta keramahannya kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H