Mohon tunggu...
EMS
EMS Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pahlawan Propaganda

11 November 2016   02:19 Diperbarui: 11 November 2016   02:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://baliskytour.files.wordpress.com/

Dan dugaanku benar, Tomo sangat tidak menyetujui perasaanku ini. “Bagaimana mungkin kamu dapat menyukai orang yang akan memperbudak kita?” Tanya Tomo dengan ketus. Perdebatan panjang dimulai antara aku dan Tomo, aku merasa bahwa Tomo iri dengan Akihoro yang sempurna dalam berbagai bidang dan memiliki hati putih yang mulia. “Apakah kau semudah itu percaya dengan janji-janji manis yang Jepang lontarkan untuk menarik simpati kita? Aku tidak menyangka kau akan semudah itu percaya dengan mereka seperti yang lainnya”.

“DER!” lagi-lagi terdengar suara tembakan prajurit Jepang. “Cepat ke balai desa! Atau kalian akan saya tembak!” terdengar perintah dari prajurit-prajurit dari arah belakang . Mereka memasuki rumah-rumah dan memaksa semua orang keluar dari rumahnya. Ibu-ibu menyusui beserta anak-anak mereka dan orang-orang tua ditarik secara paksa. Semua orang berlari secepat kilat untuk sampai di balai desa. Dengan suasana ricuh, ketika prajurit Jepang ingin memaksaku untuk ikut dengan mereka, Tomo menahan tangan si prajurit dan berkata, “Tak perlu kau paksa. 

Kami bisa berjalan sendiri. Urus-urusanmu saja!” Meskipun perdebatan sedang terjadi antara aku dan dia, Tomo tetap selalu menjadi benteng perlindunganku. “Plak!” suara nyaring karena tamparan yang diberikan prajurit Jepang kepada Tomo. Wajahnya memerah. “Tidak usah banyak bicara kau! Cepat naik ke mobil! Akan ku urus kau nanti,” kata si prajurit menarik urat. Aku tak bisa membela Tomo, yang kulakukan hanyalah mengumpat dibalik tubuh Tomo dan kemudia kami digiring memasuki mobil jeep kepunyaan Jeepang.

Sesampainya aku dan Tomo di balai desa, Akihiro sudah berdiri dengan raut wajah tak seperti biasannya. Ia diajudani oleh beberapa prajuritnya mengumpulkan rakyat desa untuk memberi pengumuman. Melihat raut wajah Akihiro yang berubah seperti singa kelaparan membuat firasat burukku muncul. “Semua pria usia produktif wajib untuk mengikuti militer dan yang lainnya wajib bekerja untuk Jepang dan akan mendapatkan gaji, tidak ada yang bekerja untuk ladang sendiri, semua hasil panen harus diserahkan kepada prajurit Jepang terlebih dahulu untuk diolah. Tanpa pertanyaan, silahkan langsung membagi diri ke nagian masing-masing.” 

Sontak seluruh warga desa diam kebingungan, “Mengapa Akihiro brubah menjadi seperti itu?” “DER!” lagi-lagi tembakan dilontarkan ke arah langit. Terlalu sering mendengar suara tembakan, membuatku mati ketakutan. Prajurit Jepang menggiringku ke ladang dan memaksaku untuk bekerja. Semenjak saat itu aku berpisah dengan Tomo. Entah mengapa, saat aku bersamanya, tak ada sepatah atau dua patah kata yang terucap dari mulutku ini. Aku bahkan tidak mampu untuk mengucapkan terima kasih atau apapun itu kepadanya. Semenjak hari itu, taka da lagi kebahagiaan bagi warga desa termasuk aku. Beberapa bulan kemudian, orang tuaku meninggal kelelahan. Tak hanya orang tuaku, tetapi hampir seperempat penduduk desa mati kelelahan.

https://3.bp.blogspot.com/
https://3.bp.blogspot.com/
Beberapa bulan aku bekerja untuk Jepang dan selama itu pula aku tak melihat Tomo. Perasaan kagumku akan Akihiropun telah lama memudar, tertutup oleh rasa dendamku karena propaganda yang telah ia lakukan terhadap kami semua. Janji-janji dan perkataan yang terucap dari bibirnya tak dapat ku percaya lagi. Hanya penyiksaan dan pembodohan yang lebih kejam yang terjadi pada masyarakat desa. Hilangnya ratusan nyawa, termasuk kedua orang tuaku karena kerja romusha. Dan karena Jepang, Tomo, sahabatku sejak semasa kecil bak hilang ditelan bumi. Aku yang menghabiskan seumur hidupku bersama Tomo bahkan tidak tahu dimana ia berada dan apa yang Jepang lakukan terhadapnya.

Sepuluh tahun sudah aku menunggu Tomo kembali tetapi tak ada tanda-tanda kehidupan darinya. Tak ada kabar darinya. Banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya, terutama permintaan maafku atas perselisihan yang terjadi di antara kami sepuluh tahun silam. Aku menyesal atas kebodohanku yang menganggap Tomo iri dengan Akihiro si orang Jepang itu. Sekarang aku sudah mempunyai seorang anak yang ada karna kekejian Jepang dalam memuaskan hasratnya sendiri. Akihiro orang yang kupandang tinggi waktu itu, berubah seratus delapan puluh derajat hanya untuk memuaskan dirinya sendiri. Tak hanya aku dan Akihiro, ini terjadi pada seluruh gadis seusiaku di desa. Aku tidak tahu bagaimana kedepannya nasib masyarakat Indonesia karna kolonialisme yang dilakukan Jepang. Apakah akan terus seperti ini? Ataukah akan hadir seorang pemberani yang akan membela Indonesia melawan penjajahan?

Studi Pustaka :

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga.

http://jinderapura.blogspot.co.id/2013/12/propaganda-pendudukan-jepang-di.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun