Mohon tunggu...
Eci Aulia
Eci Aulia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Author

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teman Toxic, Dekati atau Jauhi?

15 Oktober 2024   10:53 Diperbarui: 15 Oktober 2024   11:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Benar sekali, kita adalah siapa teman duduk kita. Maka perhatikanlah dengan siapa kita berteman. Apakah ia akan membawa kita pada kebaikan yang banyak atau sebaliknya, malah mengajak kita pada keburukan?

Teman yang buruk dikenal dengan istilah toxic yang berarti racun. Kadangkala kita tidak menyadari bahwa diri kita sedang berada dalam circle pertemanan toxic. Karena acap kali terhanyut dengan kesenangan sesaat semisal, memiliki kecocokan, hobi yang sama, obrolan dan kumpul berlebihan sehingga menghalangi dari tujuan utama pertemanan.

Teman toxic akan cenderung mengajak pada keburukan. Contohnya teman yang suka mencontek. Teman yang suka gaul bebas hingga pacaran, teman yang hobi menghibah, serta teman yang suka melawan guru.

Teman toxic kudu dijauhi terutama jika kita tidak bisa menasehati dan mengajaknya kembali ke jalan yang benar. Dikhawatirkan pengaruhnya lebih kuat sehingga kita terwarnai oleh perilaku buruknya. Terlebih, jika kita tidak mampu mencegahnya dari berbuat mungkar, maka kita akan ikut terkena dosanya. 

Kalau begitu lebih baik sendiri saja. Pernyataan ini  tergantung kondisi. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,

 "Lebih baik bersendiri daripada bergaul dengan orang-orang yang rusak. Dan lebih baik bergaul dengan orang-orang baik daripada menyendiri." (HR. al-Hakim).

Jika di lingkunganmu justru banyak orang yang buruk perangainya, maka menyendiri lebih baik. Pun sebaliknya, jika di lingkungan sekitarmu banyak yang perangainya baik, pilihan menyendiri tidaklah tepat. Kudu bergabung dengan mereka agar ketularan baik.

Teman baik dan toxic biasanya campuran dalam satu kondisi. Misalnya di lingkungan sekolah atau di tempat kerja. Ada yang baik dan ada yang buruk perilakunya. Jika mendapati kondisi yang demikian, maka berteman akrablah dengan yang baik perangainya.

Sebaliknya, berteman biasa dengan yang buruk perangainya, sebab masih dalam satu lingkungan. jika ada peluang untuk mengingatkan dan mengajaknya menjadi baik, itu jauh lebih baik. Sebab, seorang Muslim memang diperintahkan untuk amar makruf nahi mungkar.

So, jika tidak ingin mendapatkan circle pertemanan yang toxic, maka jadilah orang baik. Hiasi diri dengan ilmu agama dan akhlak yang mulia. Agar didatangkan kepada kita teman-teman yang baik. Karena orang baik akan mencari teman yang baik pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun