Rentetan dunia mengilhami perasaan bagi tiap-tiap manusia di dasar hatinya. Takdir fitrahwi yang mewarisi rasa pada setiap insan. Terlahir rasa suka, sayang,, bahagia, dan sedih serta rasa benci. Sedangkan Cinta masuk dalam kumpulan dari kategori indah-nya bunga-bunga perasaan. Hasrat pencapaian makna cinta begitu sulit untuk kita tafsir secara menyeluruh (universal). Manusia selalu berbeda dalam memaknainya. Tergantung apa yang mereka alami. Apa yang mereka rasakan. Hingga menjadi buah yang tak sama tentang kita dan orang lain. Walau ada yang berkata kita hidup di dunia karena cinta. Rumus cinta kadang susah di taklukkan. Tetapi, selalu Menggerakkan hati agar kita bisa menggenggamnya dengan erat. Laksana gemuruh angin yang arahnya dapat di tentukan melalui kompas alam, bukan tangan dan pikiran manusia. Penghayatan berjuta orang bijak yang ingin menguliti hakikat cinta juga tak mampu mewakili perasaan seseorang. Bahasa cinta mengalir bagai air. Sesekali terdengar ada suara bergema di mulut-mulut para pengagumnya demi memukai jiwa-jiwa yang rindu akan makna sayang. Dan diantara wajah lugu, ada benih perasaan yang telah menanti, seakan ia siap menerjang suara-suara sayup cinta yang berdengung. Bak seorang musyafir dalam peristirahatn-nya lega jika rongga dadanya terbasahi seteguk air. Betapa tenang menyentuh irama perasaan terhias beribu sanjungan jikala sepasang insan telah mempertautkan kasih asmara seiring buaian rasa suka di kedua hati. Indah nan damai bersinar laksana gemerlap bintang membawah kesejukan. Lalu menghadirkan kerinduan menggelora di sudut-sudut kamar jika se-jam tak bertatap muka. Ingin rasanya segera mendekap dan memeluknya kala ini tak tertahankan. Seketika bahtera cinta yang berselimut kasih sayang ternyata tak tergoda atas segala janji di bawah ranting persumpahan. Semua binasa ketika api cinta di rundung fenomena yang tak memecah masalah. Berujung pertikaian yang menorehkan rasa benci. Dua insan menuhankan ‘ego’ dan tak ada mau mengalah. Syetan-syetan pun hadir memisahkan nafas dua insan yang dulu terjalin. Usai sudah kini janji dan harapan indah yang pernah terlintas lewat ucapan bibir manis. Kebisingan kian meluhluhkan naluri bahagia, merapuhkan jasad, dan melukai hati. Maka, sesaat redupnya hadirlah muara ‘penyesalan’. Begitu terjal dan berliku takkala sukma mencoba menembus rahasia kekuatan cinta. Jangan pernah salah menilai orang-orang yang di tinggal kamus cinta-nya. Telah pergi jauh enggan menyapa. Angkat kaki selamanya dan berlalu di sela kebosanan, yang akhirnya menitihkan cerita terbalut sedih dalam hilangya kebersamaan. Lembaran putih yang dulu pernah ada terpaksa sirna tertelan rasa kecewa. Namun, kisah seperti itu tak selamanya mesti hadir dilautan cinta. ………............ Jack dan Rose dalam filmnya ‘Titanic’ telah menyajikan kisah romantis yang berakhir pilu dan menyayat hati. Rose harus pasrah menerima risalah hidup seiring tenggelamnya kapal di tengah himpitan gunung es samudera atlantik. Cintanya beradu di topeng keheningan air laut yang membuatnya kehilangan sang pangeran. Meskipun cinta tak menggapai restu orang-orang sekelilingnya. Tapi, tak tersisa kemewahan dan kesederhanaan seorang jack di lubuk hatinya. Titanic mengabadikan cerita dua insan yang menyimpan banyak kesan. Kejenuhan tak menghampiri seorang ‘Rose’ bahkan senantiasa terkenang tentang ketulusan cinta sosok ‘jack’ yang periang. Kita yang pernah terhalang jubah percintaan mungkin berupaya memahatnya di dinding hati yang hanya dapat terbuka melalui pintu kenangan................ Cinta telah membawah kita berpetualang menelusuri lorong-lorong kehidupan yang tersimpan banyak rahasia. Rahasia di balik nestapa kesunyian dan sorak keramaian sang bumi. Keheningan menerpa jiwa saat perasaan bahagia tak lagi peka atau mungkin menghilang. Hilang bersama apa yang pernah kita korbankan. Menyisahkan kenangan pahit yang membuyarkan setiap perasaan pada tembok keperihan. Tinggallah kita sendiri menikmati relung-relung hidup ini. Hari terlalui terasa menikam jantung apabila terkenang seikat kisah. Harumnya kebersamaan redam lantaran pesona keagungan rasa sayang tak lagi bersemayam mendampingi hari-hari berikut. Entah mereka yang terpisah karena pandangan hidup berbeda, rasa yang terbagi, atau mungkin maut yang terlalu cepat memanggil salah satu di antaranya. Sejenak kita terteguk menatap jejak langkah sang surya di angkasa. Elok nan perkasa menyinari dunia. Terbungkus segala warna yang melekat pada sisi kehidupan. Di tepi naungan nostalgia kita mulai seorang diri berlabuh menemukan tahta baru layakya surya terbit menghalau kegelapan. Kita beranjak membawah lagu rindu sejalan jiwa yang tak kenal lelah dan rasa putus asa dengan bekal kedewasaan yang bertabur kesederhanaan. Mungkin nun jauh di sana kita berjumpa dunia abadi yang berisi kedamaian, dunia yang menutup keremangan, dan dunia yang terlukis kisah ceria di antara senyum-senyum kebahagiaan. Wallahu A’lam Bis sawab.. ** Tulisan ini dibuat oleh Mas Supriadi Maulid **
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H