Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan baik di kota-kota besar maupun di desa terpencil. Era baru dalam dunia pendidikan mulai berjalan seiring dikembangkannya program Merdeka Belajar oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim. Program Merdeka Belajar ini memberikan kebebasan kepada guru untuk bebas mengelola pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seluruh sekolah diarahkan untuk mulai menerapkan Kurikulum Merdeka melalui tiga tahapan sesuai kesanggupan sekolahnya, diantaranya mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.
Sekolah-sekolah di Indonesia Timur, seperti sekolah saya yang berada di Maluku Tengah juga mulai beradaptasi untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Awal dicetuskan penerapan kurikulum merdeka ini, kami merupakan sekolah pertama di kecamatan kami yang berani mendaftarkan diri untuk menerapkan kurikulum Merdeka kategori mandiri belajar. Dengan fasilitas seadanya dan keterbatasan yang ada, kami berusaha beradaptasi dan belajar mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Kami berani mengambil keputusan untuk menerapkan merdeka belajar, walaupun kami masih perlu banyak belajar dan masih terkendala fasilitas teknologi yang memadai.
Sekolah-sekolah di desa seperti sekolah kami, sering menghadapi tantangan dalam menyesuaikan dan menerapkan kurikulum baru, sehingga pembelajaran yang kami berikan mungkin saja belum maksimal kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan keterbatasan infrastruktur, keterbatasan sumber daya, susah sinyal dan tidak ada listrik di sekolah, serta jarak yang jauh dari pusat kota. Meskipun demikian, kami tetap berusaha memberikan pembelajaran yang baik dan berpusat kepada peserta didik.
Cara kami berupaya memberikan pembelajaran yang berkualitas di tengah keterbatasan kami ialah dengan berani berinovasi untuk menerapkan merdeka belajar. Awalnya kami masih belajar untuk merdeka dari segala ketertinggalan, tetapi lambat laun kami sudah bisa bangkit dan menunjukkan kepada sekolah lain dan masyarakat bahwa kami sanggup bangkit demi mewujudkan merdeka belajar yang sesungguhnya. Meskipun akses terhadap teknologi yang masih terbatas, sekolah kami tetap berinovasi menggunakan sumber daya yang ada. Kami tetap membuka perpustakaan dan mengarahkan peserta didik untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi. Peserta didik diarahkan untuk tetap memanfaatkan buku-buku yang ada untuk belajar dan menyelesaikan tugas. Hal ini mungkin dianggap biasa bagi sebagian orang, tetapi hal ini merupakan suatu kemajuan, dimana dapat meningkatkan literasi peserta didik di sekolah. Apalagi kemajuan teknologi yang membuat peserta didik lebih senang cara instan dengan langsung mencari jawaban dari internet, sekolah kami masih mengarahkan peserta didik untuk selalu pergi ke perpustakaan.
Tetapi jangan salah, perpustakaan bukan hanya satu-satunya sumber pengetahuan yang kami sarankan kepada peserta didik. Walaupun sinyal di sekitar lingkungan sekolah sulit, tetapi  guru di sekolah selalu mengarahkan peserta didik untuk dapat berusaha mencari informasi dengan mengakses internet di tempat-tempat tertentu di sekitar lingkungan sekolah untuk menambah pengetahuan mereka.
Tak hanya peserta didik, guru di sekolah juga berusaha terus belajar dan menambah wawasan mereka dengan mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan mengikuti pelatihan-pelatihan online. Guru rela mencari sinyal demi menambah informasi dan pengetahuan tentang pendidikan dan pembelajaran. Kami merupakan sekolah kecil yang pertama kali menerapkan mandiri belajar, sehingga kami perlu banyak belajar agar dapat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan baik dan berdampak positif bagi seluruh peserta didik di sekolah. Saya sebagai salah satu guru mata pelajaran di sekolah sering mengakses PMM untuk melihat praktik baik dari guru-guru lain di seluruh Indonesia. Dari PMM juga saya dapat belajar untuk membuat modul ajar dengan melihat contoh-contoh modul ajar yang telah dibagikan oleh guru-guru yang lain. Selain itu, media-media pembelajaran yang digunakan pada video praktik baik, sering saya adaptasi dan modifikasikan untuk diterapkan di sekolah. Bukan hanya untuk mata pelajaran saya, saya juga berbagi informasi dengan guru-guru pada mata pelajaran lainnya untuk mengakses PMM demi menambah ide dan wawasan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka yang berkualitas di sekolah.
Dari pembelajaran yang kami lakukan secara mandiri dan berbantuan video-video maupun perangkat pembelajaran dari PMM, sekolah kami dapat mewujudkan pembelajaran yang tidak membosankan sehingga presentase kehadiran peserta didik di sekolah untuk setiap mata pelajaran menjadi meningkat bahkan jarang ada peserta didik yang tidak masuk sekolah, kami juga dapat melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu dengan membuat pentas seni sederhana yang ditampilkan oleh seluruh kelas dengan tema-tema terkait toleransi antar umat beragama dan kemerdekaan di Indonesia. Selain itu, guru-guru di sekolah mulai mengajar dengan menggunakan media-media pembelajaran yang inovatif sehingga mengundang keterlibatan peserta didik. Tugas-tugas yang diberikan juga bukan hanya sekadar tugas tulisan, melainkan beberapa diantaranya berupa proyek yang hasil presentasinya dapat ditampilkan dalam bentuk video atau majalah dinding sederhana, sehingga peserta didik bebas menuangkan idenya. Bahkan, beberapa kelas diantaranya berhasil membuat proyek sederhana, yaitu jus pala dan abon ikan, yang produknya dijual kepada guru-guru dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Lewat semangat peserta didik dalam pembelajaran, aktif mengembangkan proyek kreatif, guru sebagai fasilitator yang selalu mendukung dan memotivasi peserta didik dalam mengeksplorasi minat mereka, selain itu penerapan teknologi dalam pembelajaran, membuat Semarak Merdeka Belajar semakin nampak di sekolah kami. Hal ini menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi mereka, sekaligus menambah keterampilan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Sekolah kami juga aktif menjalin kerjasama dengan sekolah lain di sekitar kecamatan agar dapat berbagi pengalaman, saling berdiskusi mengenai ide-ide inovatif untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah, dan juga belajar mengatasi permasalahan yang ada dengan saling bertukar pikiran antar guru-guru yang memiliki rumpun yang sama.Â
Jika dilihat dari keadaan di sekolah, mungkin kami terlihat masih tertinggal, tetapi sebenarnya kami sudah bisa menjadi sekolah yang merdeka. Peserta didik kami yang tadinya tidak tahu apa itu proyektor, akhirnya dapat menikmati serunya belajar berbantuan proyektor. Walaupun sekolah kami hanya memiliki satu buah proyektor, tapi dapat dimanfaatkan dengan baik oleh guru-guru di sekolah.Â
Pembelajaran semakin menarik, guru semakin aktif membuat media-media yang memancing keaktifan peserta didik, terkhususnya media-media pembelajaran yang membantu memancing peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Salah satu hasil yang patut kami banggakan adalah lewat pembelajaran sederhana berbantuan media pembelajaran yang ditampilkan dengan proyektor di kelas, membuat sekolah kami menjadi contoh bagi sekolah lain di Maluku dalam hal penerapan pembelajaran berdiferensiasi, karena salah satu guru di sekolah kami mendapat penghargaan sebagai finalis guru inspiratif tahun 2022. Prestasi ini merupakan suatu kebanggaan bagi sekolah, karena dengan keterbatasan yang ada, salah satu guru kami dengan pembelajaran matematikanya mampu masuk dalam kategori 20 guru inspiratif seluruh Indonesia. Ini artinya keberanian kami berinovasi mewujudkan Merdeka Belajar mendapat apresiasi baik.Â