Dia memiliki indra yang lebih tajam dari siapapun. Dia sedang mengujimu sambil menari. Mengamatimu dari langit sambil tersipu. Dia adalah seseorang yang jauh lebih mengenalmu sebelum kamu dilahirkan. Sebelum kamu mengenal sang bayu. Berjalanlah terus, jangan menoleh. Jangan hiraukan bila ada sayap yang patah.Â
Tenanglah... Ada Dia yang menjadi tongkat. Jangan hiraukan orang lain. Yang mencaci belum tentu yang lebih baik. Bukankah Dia mengajarkan kita untuk menjadi pelayan. Bukan menjadi tuan. Abaikan mereka yang membecimu, di dunia ini langit tak selamanya benderang. Tapi tak selamanya juga kelam.Â
Akan selalu ada masa depan, bagi mereka yang berharap. Jika kau lemah, kuatkan dengan doa. Yang berada di atasmu, bukanlah jaminan ia lebih suci. Bukan jaminan ia lebih indah, belum tentu doanya yang komat-kamit sampai ke hatiNya. Ingat saja, bahwa doa orang berdosa lebih berarti, dari pada orang farisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H