Mohon tunggu...
Eka Nur Azizah
Eka Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo

Seorang Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosialis Not Sosialita

26 Februari 2022   15:02 Diperbarui: 26 Februari 2022   15:14 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Memotivasi jalani gaya hidup sehat

Lihat bagaimana pengobatan non-medis seperti berkumpul dengan support group kerap disarankan bagi pasien tertentu. Secara tidak langsung, itu adalah bentuk bersosialisasi yang bermanfaat untuk memotivasi tiap individu. Dengan saling bercerita bersama teman seperjuangan, maka akan ada motivasi untuk sembuh atau lebih menerima penyakit yang diderita. Tentu hal ini tak hanya berlaku pada support group penderita penyakit tertentu saja. Dalam level yang lebih sederhana, pertemanan dalam kelompok yang sama-sama suka berolahraga atau menjalani pola makan sehat tertentu juga bisa saling memotivasi.

5. Kontak langsung 

Secara psikologis, kontak langsung memberi stimulus pada sistem saraf sehingga melepaskan semacam "cocktail" pada neurotransmitter yang bertugas merespons stres dan rasa cemas berlebih. Artinya, ketika terbiasa bersosialisasi dengan bertemu langsung, maka seseorang bisa lebih tahan banting terhadap berbagai pemicu stres. Sama seperti vaksin yang memicu antibodi untuk keluar, bahkan interaksi sederhana seperti melakukan tos atau berjabat tangan bisa menstimulus produksi oksitosin. Ketika ada produksi oksitosin melimpah, maka tingkat kepercayaan bisa meningkat. Di saat bersamaan, level kortisol yang merespons stres pun menurun.

6. Mencegah penurunan kesehatan mental

Jika di atas sudah disebutkan bahwa bersosialisasi mencegah demensia hingga penurunan fungsi degeneratif otak, ada penelitian lain yang tak kalah menarik. Menurut Cognitive Neurology and Alzheimer's Disease Center di Chicago, para "SuperAgers" atau lansia berusia 80 tahun ke atas dengan kesehatan mental layaknya orang lebih muda memiliki satu kesamaan: punya sahabat dekat.Dengan adanya sahabat dekat dalam jangka panjang ini, terbukti membuat para SuperAgers mendapatkan dampak positif dari interaksi sosial ketimbang yang tidak.

Dengan proses sosialisasi setiap orang belajar bagaimana mengkoordinasikan perilakunya dengan perilaku orang lain dan belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu sesuai dengan peranan yang disandangnya. Setiap orang juga diharapkan menjalankan peranan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam bersosialisasi kemasyarakatan tentunya ada dari golongan masyarakat yang kurang akan kemampuan dari segi fisiknya, salah satunya adalah bagi penyandang disabilitas untuk tunanetra.

Dapat dijelaskan, dua tunanetra merupakan suatu kecacatan yang terjadi pada mata yang menunjukkan ketidakfungsian pada mata secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra harus dapat hidup di lingkungan masyarakat secara layak dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, karena tidak setiap orang sanggup memberikan bantuan secara moril dan materil terhadap orang yang mengalami kelainan seperti tunanetra, maka dari itu disini artinya pentingnya bersosialisasi karna kita diciptakan bukan sebagai makhluk yang individualisme, dan harus bersosial dikarenakan kita hidup itu untuk bermanfaat bagi orang lain.

[Rep. Much Husain Alkim K]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun