Mohon tunggu...
Nadiyah Munisah Hamelia
Nadiyah Munisah Hamelia Mohon Tunggu... Freelancer - Collegian

Seorang mahasiswi yang masih belajar untuk menulis. Silah koreksi dan mulai berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Islam Menganggap Tabu Isu Feminisme, Apakah Benar?

31 Oktober 2019   10:24 Diperbarui: 31 Oktober 2019   10:29 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita berhijab. photo by me

Ketika Islam Menganggap Tabu Isu Feminisme. Apakah benar?

Islam merupakan agama rahmatan lil-alamin. Dengan segala kesempurnaan ajarannya, Islam mampu menjadikannya relevan dengan situasi apapun bahkan dengan  isu kontemporer saat ini.

Berbicara mengenai feminisme, berbicara pula tentang banykanya penolakan mengenai keterhubungan teori liberal ini dengan Islam sendiri. Pada dasarnya Islam dan feminisme tentu memiliki cara pandang yang jauh sangat berbeda. Banyak kajian yang mengatakan bahwa Feminisme dan Islam sama sekali tidak cocok untuk disandingkan sebagai satu kesatuan yang saling menopang.

Namun begini saja, bukan untuk mengkambing hitam-kan lembaga apapun disini, tapi saya sendiri berasal dari sebuah 'boarding school' yang semuanya merupakan perempuan. Disini kami sendiri dididik untuk menjadi wanita hebat nan tangguh, oleh pimpinan sekolah kami yang tentu saja seorang laki-laki. Kami diajarkan mandiri dan tidak bergantung, dan satu doktrin hebat yang selalu kami pegang sebagai prinsip kuat adalah, bahwa beliau berkata,

"Dibalik pria besar selalu ada satu wanita hebat." Disini juga kami diajarkan untuk menjadi seorang wanita yang multitalenta --dapat melakukan segala hal dan tidak bergantung. Karena disini kami dididik untuk menjadi seorang yang mendampingi dan siap mengantarkan 'teman' kami menuju kesuksesan.

Apabila kita menilik kembali kepada sejarah munculnya Feminisme di Inggris, adalah hanya tuntutan hak memberikan suara. Saat itu, suara wanita memang dibungkam dan pendapatnya tidak akan didengarkan. Menurut saya, wajar apabila wanita ingin diperlakukan secara layak. Pada saat itu mereka tidak menuntut apapun kecuali dianggap ada.

Sebagaimana Islam menempatkan wanita pada suatu derajat yang dimuliakan dan dijaga serta dihargai, saat wanita juga dibebaskan oleh Rasulullah untuk memaparkan pendapatnya, maka disini ada satu persamaan 'tentang cara pandang' keduanya dalam menempatkan posisi wanita.

Feminisme dalam waktu sekarang ini, memang telah melalui berbagai fase serta perubahan pemikiran, bahkan dibagi menjadi Feminsime radikal, liberal dan masih banyak lagi. Disini saya tidak berbicara tentang aksi 'telanjang' dan kebebasan wanita dalam menentukan apa yang ia kenakan, tentu itu sudah diluar konteks pembahasan.

Tapi ketika berbicara mengenai isu feminisme dan bagaimana wanita menyuarakan suara dan memperjuangkan haknya, maka saya kira ini tidak sepaputnya dianggap kesalahan total dalam berfikir. Atau kebebasan berfikir yang jauh melencong dari dasar agama Islam. Bahwa adanya aturan untuk membatasi suatu kebebasan untuk kepentingan lain adalah perlu.

Sebagaiamana Islam yang sangat menjaga kehormatan wanita, segala hal diatur agar tak sembarang orang mampu menyalahgunakan dan memutar balik kebebasan yang dituntut para wanita kala itu, serta melindunginya dari fitnah kejam dunia dan ketamakan mata memandang.

Mari coba memandang satu konteks fundamental mengapa wanita juga perlu didengarkan dan diberikan satu ruang khusus. Dalam hal ini, saya rasa Feminisme memiliki dasar --yangs sangat dasar, yang cukup masuk akal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun