Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto membawa kabar baik. Seto memprediksikan bahwa kebutuhan nikel akan mengalami lonjakan di tahun 2030 mendatang.
Dilansir dari CNBC Indonesia pada Senin (8/3/2021) lalu, pada tahun 2020 peran nikel untuk mobil listrik sekitar 8 persen, sedangkan untuk stainless steel 73 persen. Sedangkan di tahun 2030 mendatang, diprediksikan peran nikel di mobil listrik meningkat menjadi 30 persen. Adapun stainless steel akan mengalami penurunan sebesar 57 persen.
Mengapa peran nikel untuk mobil listrik di waktu yang akan datang mengalami peningkatan?
Berangkat dari data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per Juli 2020, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya nikel mencapai 11,80 miliar ton dan cadangan nikel 4,35 miliar ton. Dengan jumlah tersebut, nikel dapat diproduksi menjadi baterai listrik.
Demi mewujudkan baterai tersebut, Indonesia kini gencar membuka lebar-lebar peluang investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya satu, kekuatan investasi ini diharapkan dapat mendongkrak efektifitas penerapan teknologi yang tepat sasaran. Langkah ini membuktikan bahwa Indonesia tidak ingin tertinggal dengan negara-negara lainnya yang sudah menjual kendaraan listrik sekaligus mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak demi menciptakan lingkungan sehat.
Lewat penjelasan Seto, penjualan mobil listrik pada masa pandemi Covid-19 justru mengalami kenaikan. Penjualan mobil listrik di Eropa naik hingga 137 persen sedangkan Tiongkok naik sebesar 12 persen. Bagi Seto, suplai nikel di Tanah Air harus dijaga walaupun saat ini masih tinggi.
"Suplai harus dijaga, komplemen dari yang lain juga harus diperhatikan," ungkapnya.
Indonesia menjadi produsen nikel terbesar nomor dua di dunia. Sebesar 25 persen cadangan nikel di dunia ada di negeri ini. Cara pemerintah dengan terus menggenjot program hilirisasi nikel membawa negara ini masuk menjadi pemain penting di era kendaraan listrik.
Nikel Indonesia akan menjadi primadona di dunia, inilah harapan baru kita. Peraturan untuk investor sudah ada, iklim investasinya harus kondusif, dan tidak lupa akan dampak dari pembuatan baterai listrik. Jangan sampai hal-hal yang harus diperhatikan menjadi terbengkalai, benar kan? Bagaimana menurutmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H