Mohon tunggu...
Eca Marlina
Eca Marlina Mohon Tunggu... Lainnya - Travelling keliling dunia adalah cita-citaku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pecinta jalan-jalan, bercita-cita untuk menjadi sukses, dan menginspirasi sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Inilah Industri yang Kian Mengkilap di Tengah Pandemi

24 Februari 2021   18:16 Diperbarui: 24 Februari 2021   18:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alinea.id/

Martin Pandiangan, Analis PT Pefindo memaparkan bahwa investasi pada industri smelter nikel memberikan kontribusi besar terhadap jumlah penanaman modal asing (PMA) di Indonesia selama 6 tahun terakhir. Naiknya jumlah PMA ini dikarenakan adanya hilirisasi tambang yang tengah digencarkan pemerintah dan rupanya mendulang cuan.

Menurutnya, porsi investasi smelter nikel yang besar menjadi penjelas bahwa industri nikel adalah yang terpenting di Indonesia. "Indonesia memang berupaya menjadi hub global dalam rantai pasokan industri kendaraan listrik dan itu diharapkan dapat melampaui industri minyak sawit sebagai ekspor terbesar kedua negara dalam jangka menengah," paparnya.

Dirinya menilai bahwa Indonesia telah mencapai posisi yang pas untuk pasar nickel global dalam menggantikan China sebagai produsen nikel jenis nickel pig iron (NPI) terbesar dengan cakupan 27% di pasar global.

Selain itu, menurut Martin, industri nikel yang mendulang cuan juga ditopang oleh dukungan pemerintah yang menerapkan regulasi efektif, seperti ramahnya Indonesia terhadap calon investor yang ingin mengembangkan pabriknya di Indonesia.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ditargetkan ada 53 smelter terbangun di tahun 2024. Sampai saat ini, sudah ada 41 proyek smelter nikel yang sedang digarap di Sulawesi, Maluku Utara, dan beberapa daerah lainnya.

"Dari jumlah tersebut, 11 proyek telah selesai pada akhir tahun 2019, 8 proyek masih dalam proses penyelesaian dengan kemajuan proyek sekitar 40% hingga 99n 22 proyek lainnya masih mencatatkan kemajuan proyek di bawah 40%. Beberapa proyek dalam tahap konstruksi awal memang cenderung mengalami keterlambatan akibat pandemi," ungkap Martin.

Martin juga menambahkan bahwa mayoritas pasokan nikel Indonesia di masa depan akan bersumber dari kolaborasi antara perusahaan Indonesia dengan China. Hal ini dikarenakan adanya pembangunan smelter dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang dapat menyerap nikel dengan kadar rendah.

Sektor industri smelter telah bersiap menyongsong masa depan Indonesia yang lebih mantap dan maju. Kini, giliran masyarakat dan sektor lainnya turut menopang, untuk menuju tujuan yang serupa: Indonesia yang lebih berdaya. Sudah siapkah Anda? Setidaknya, dimulai dari Anda dahulu, baru sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun