[caption caption="Jorge Lorenzo di Sesi Tes Resmi MotoGP Sepang (1-3 Feb 2016). Sumber: crash.net"][/caption]Sesi tes resmi perdana MotoGP di tahun ini baru saja usai di Sirkuit Sepang, Malaysia (1-3 Feb 2016). Dari sesi itu, sebagian besar penggemar MotoGP cukup terkesima dengan performa apik yang ditunjukkan oleh Jorge Lorenzo selama 3 hari tes berturut-turut. Gimana enggak, dari 3 hari sesi tes, Lorenzo mampu menjadi yang tercepat di hari pembuka dan penutup. Tak tanggung-tanggung, jaraknya dengan pebalap kedua yang juga merupakan rekan setim sekaligus rival terberatnya musim lalu - Valentino Rossi, terpaut hingga rata-rata hampir 1 detik, maknyus!
Lorenzo cuma menempati posisi 2 di hari tes kedua. Ia hanya berada 0,06 detik lebih lambat dari Danilo Petrucci yang mengendarai Ducati tim satelit.. Loh kok Petrucci hebat amat bisa mengalahkan catatan waktu Lorenzo di hari kedua? Padahal rekan setim Lorenzo saja ketinggalan 1 detik di belakang 'Por Fuera'.. Nah, hal itu bisa terjadi karena di hari kedua sesi tes terdapat kecelakaan horor yang melibatkan pebalap tim Avintia, Loris Baz.
Kecelakaannya terjadi sangat janggal. Janggal di sini bukan berarti ada bau-bau konspirasi atau bau kamper. Tapi janggal dalam artian sangat tidak biasa terjadi. Kalo biasanya pebalap terjatuh saat mengerem mau masuk tikungan, atau pada saat di tengah tikungan, atau juga saat keluar tikungan, ini jatuhnya pada saat motor berdiri tegak lurus di lintasan lurus dekat garis start/finis! Baz terjatuh saat motor sedang melaju nyaris mencapai top speednya di ujung trek lurus, yaitu 290 km/jam! Bin ajaibnya, Baz selamat dari kecelakaan dan bahkan bisa langsung berdiri dan terlihat mampu berdiskusi dengan Loris Capirossi sebagai anggota komisi keselamatan MotoGP tentang apa yang barusan terjadi.
Penyebab kecelakaan hingga saya menulis berita ini masih belum diumumkan secara resmi. Namun ada beberapa spekulasi yang dituding menjadi penyebab olengnya motor Baz secara tiba-tiba di trek lurus itu. Salah satu dugaannya adalah berasal dari ban belakang Michelin yang katanya terlihat seperti meledak tiba-tiba. Tapi sekali lagi penyebabnya masih belum bisa dipastikan apa, karena teknisi kesulitan mencari dan menetapkan apa yang menjadi pemicu awal terjadinya serangkaian reaksi yang membuat Baz terjatuh itu. Bisa jadi berasal dari mesin, knalpot, yang memanas sehingga membuat ban belakang memuai dan meledak. Bisa juga mungkin karena tekanan angin ban belakang yang kurang pas, atau apalah..
Nah karena itu, Michelin di tengah-tengah sesi tes tersebut memutuskan untuk menarik semua ban belakang berkompon soft sebagai bentuk pre-caution atau istilahnya jaga-jaga. Michelin juga langsung menaikkan standar tekanan angin ban belakang untuk menghindari hal-hal tak terduga lainnya sampai penyebab kecelakaan Baz bisa benar-benar dipastikan kenapa.
Setelah ban belakang softnya dilarang pake, nah otomatis Lorenzo dkk terpaksa harus menggunakan ban belakang kompon keras di sisa sesi tes hari itu (dan hari berikutnya juga). Itulah mengapa Lorenzo tidak dapat menjadi yang tercepat (meski cuma tertinggal 0,06 detik dari Petrucci) di hari kedua, karena Petrucci di awal sesi tes hari itu sempat menjajal ban soft yang notabene punya daya cengkram lebih baik dari kompon hard. Sedangkan Lorenzo mencatatkan best timenya di hari itu dengan menggunakan ban Hard. Jadi kesimpulannya Lorenzo masih tetap impresif toh?? Dengan ban hard dia hanya tertinggal tipis 0,06 detik dari pebalap yang menggunakan kompon soft.
Lalu pertanyaan besarnya, bila dilihat dari hasil tes 3 hari itu, mengapa Lorenzo begitu digdaya di awal musim 2016? Apakah ini pertanda bahwa dia akan dapat mempertahankan gelar juara dunianya di 2016?? Dengan gap yang begitu lebar dengan pebalap di posisi dua, apakah ini artinya Lorenzo bakal mudah meraih gelar juara dunianya yang keenam? Eits, tunggu dulu.. Masih terlalu awal untuk memprediksi..
BAN MICHELIN DAN ECU STANDAR
Kita mesti melihat bahwa MotoGP tahun 2016 mengalami perubahan teknis yang cukup signifikan. Bahkan kepala mekanik tim Yamaha saja mengatakan bahwa perubahan ini hampir atau sama besarnya dengan perubahan MotoGP saat masih di era 500cc 2 tak ke era 990cc 4-tak di tahun 2002 ke 2003. Perubahan terbesar disebabkan karena penyeragaman ECU atau perangkat elektronik baik hardware maupun softwarenya. Tim-tim pabrikan besar seperti Honda dan Yamaha yang selama ini asik menggunakan ECU buatan mereka masing-masing yang sangat mutakhir itu, sekarang dipaksa menggunakan ECU standar keluaran Dorna yang dipercayakan kepada produsen asal Italia, Magnetti Marelli. ECU ini jelas jauh lebih 'sederhana' dari yang dimiliki Yamaha dan Honda. Ke depannya perkembangan ECU ini akan dilakukan bersama-sama dari pabrikan resmi yang berkompetisi di MotoGP, untuk saat ini Yamaha, Honda, Ducati, dan Suzuki.
Perubahan terbesar kedua adalah pergantian merk ban. MotoGP yang sudah selama 7 tahun terakhir menggunakan ban Bridgestone sebagai pemasok tunggal ban MotoGP sejak 2009, kini harus beralih ke Michelin. Tentu karakter ban kedua merk tersebut sangat berbeda jauh meski sama-sama bundar. Bridgestone selama ini dikenal mumpuni saat motor diajak rebah serebah-rebahnya. Daya cengkram di sisi bahu ban diakui jempolan. Dan karakter ban depan Bridgestone juga disebut-sebut enak untuk dibejek atau dihajar habis-habisan saat adu late braking sebelum masuk ke tikungan.
Sedangkan karakter Michelin justru unggul di ban belakangnya yang jauh lebih stabil dan smooth sementara ban depannya sempat dikomplain oleh sebagian besar pebalap saat pertama kali ngetes ban tersebut di sesi tes akhir musim lalu di sirkuit Valencia (nov 2015). Tapi kemarin di Sepang Michelin sudah menunjukkan kelasnya sebagai produsen ban berkualitas dunia dengan memperbaiki ban depan dan terbukti adanya kemajuan seperti yang diungkapkan oleh Valentino Rossi dan kawan-lawan.