Kekuatan dari "memberi", Â terbukti ampuh. Penerima adalah budak sipemberi.
ARB sudah menyinggung soal MEMBERI dalam pernyatannya "Agung meminta sesuatu yang tidak dapat saya berikan". Artinya bila ARB mampu, beliau akan memberi apapun yang bisa menjinakkan seseorang.
Seperti kita tahu, Agung Laksono bukan politisi lugu, suci dan tanpa dosa. Bahkan beliau ikut mendukung munculnya UU MD3, KMP, dan terjadinya dominasi ARB di Golkar dan PSSI selama ini. Apakah karena "pemberian" keistimewaan dari ARB Â untuk mengisi jatah Golkar di Kabinet Koalisi, plus pemberian2 lainnya?
Kalau mayoritas DPD I dan DPD II seperti tersingkap dari pengakuan orang dalam sdh "menerima" dari ARB, maka Golkar sebagaimana PSSI sudah pasti dlm genggaman Bakrie.
Nurdin Halid membandingkan Megawati di PDIP dgn ARB di Golkar. PDIP dibangun Megawati dari masa2 sulit, sedang Golkar "dibeli" atau "diakusisi" Bakrie Group saat masih sebagai partai yg besar dan berkuasa.
Figur Megawati sang putri Proklamator RI Â memberi bobot dan kharisma kpd PDIP sedangkan uang Bakrie mampu membeli idealisme dan harga diri politsi2 pemegang hak suara di Golkar.
NH sebagai mantan Ketum PSSI yg membandingkan ARB dan Megawati dalam hal kendalinya atas partai membuat tulisan ini lahir.
Benang merah PSSI -NH - ARB-GOLKAR muncul kembali ke permukaan ditengah konflik Munas.
Golkar Bakrie atau Golkar harus pecah, hancur dan lenyap. Tidak ada pilihan ketiga.Konflik PSSI adalah sebuah contoh.
Tidak peduli Golkar tersisih dan tidak dipilih lagi nantinya. Tidak masalah Golkar selalu kalah dan jadi pengikut partai kecil. Golkar Bakrie seperti PSSI sekarang harus tetap dalam kendali ARB.
Prestasi nomor tiga, kendali penuh nomor satu.
Nomor dua?
Eksploitasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H