Mohon tunggu...
Hadi
Hadi Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Buku

membaca, menulis, membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perawatan Pasca-Transplantasi (1): Penyiraman

12 Desember 2023   08:52 Diperbarui: 12 Desember 2023   09:02 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa jam setelah ditransplantasi atau dipindahkan, bibit harus disiram lagi. Jika bibit dipindahkan pada pagi hari, penyiraman dilakukan pada sore hari. Sebaliknya, jika bibit dipindahkan pada sore hari, penyiraman dilakukan pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali. 

Setelah itu, dilakukan perawatan bibit dan tanaman melon yang meliputi penyiraman, pemupukan, penyulaman, pemangkasan, dan penyemprotan pestisida. 

1. Penyiraman
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, tanaman juga memerlukan air. Adapun fungsi air bagi tanaman antara lain sebagai pelarut nutrien yang ada di dalam tanah, sehingga dapat diserap oleh tanaman melalui akarnya, sebagai unsur penting dalam proses fotosintesis, menjadi bagian penting dalam sistem transportasi di dalam tubuh tanaman, serta membantu mengatur suhu di dalam
tubuh tanaman. 

Pada tanaman melon, kebutuhan airnya bergantung pada suhu udara dan cuaca di sekitarnya. Semakin panas dan kering kondisi lingkungannya, semakin besar kebutuhan airnya. 

Selain itu, tingkat kebutuhan air pada tanaman melon juga bergantung pada tingkat pertumbuhannya. Kebutuhan airnya paling banyak terjadi saat masa pertumbuhan dari bibit sampai menjelang munculnya bunga. Pertumbuhannya akan optimal jika mendapatkan cukup air. Kebutuhan ini akan terus menurun, terutama saat buah mulai terbentuk sampai menjelang masak. 

Jenis tanah juga berpengaruh pada intensitas penyiramannya. Pada tanah yang cenderung berpasir, air akan lebih cepat menguap. Oleh karena itu, penyiraman harus dilakukan lebih banyak dan lebih sering daripada tanah yang lebih banyak mengandung tanah liat. 

Ada tiga macam pengairan atau penyiraman yang umum dilakukan dalam budidaya melon. Metode pertama adalah dengan membanjiri parit di antara setiap bedengan sampai setinggi lubang tanam. Setelah itu, dibiarkan sampai airnya menyusut dengan sendirinya. 

Penambahan air dilakukan saat tanaman mulai berbunga. Setelah buah mulai terlihat, air ditambah setiap 2-3 minggu sampai buah siap panen. 

Keuntungan penyiraman seperti ini adalah tidak perlu terlalu sering menyiram tanaman serta kebutuhan tanaman akan air dan kelembapan lebih terjamin. 

Baca juga: Cacat Nano

Kelemahannya adalah akar tanaman bisa membusuk jika air pada parit terlalu tinggi. Selain itu, proses pemeliharaan tanaman menjadi lebih sulit, karena terhalang air yang menggenangi parit. 

Metode kedua dikenal dengan sebutan metode sprinkler. Pada metode ini, air disemprotkan ke atas menggunakan alat khusus, kemudian jatuh ke tanah seperti air hujan. 

Pada sistem ini, air yang disemprotkan dapat menjangkau wilayah yang luas. Selain itu, keuntungan metode ini antara lain,
mudah dioperasikan, dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, serta alatnya dapat digunakan juga untuk menyemprotkan pupuk dan pestisida. 

Sementara itu, kelemahannya antara lain biaya instalasi peralatannya relatif mahal, tidak semua air yang disemprotkan akan terserap ke dalam tanah, sehingga banyak yang terbuang percuma, serta penyemprotan kurang merata, apalagi jika terganggu oleh angin.

Selain itu, penggunaan metode sprinkler memungkinkan adanya air yang jatuh dan menggenang di atas daun. Jika tidak cepat menguap, air ini akan mengundang bibit penyakit. 

Metode lainnya yang umum digunakan untuk mengairi tanaman melon adalah metode irigasi tetes. Pada metode ini, air dialirkan melalui selang atau pipa yang dipasang di antara permukaan bedengan dan mulsa. Selang atau pipa itu dilubangi tepat di dekat lubang tanam, sehingga air yang dialirkan akan menetes di lubang tanam tersebut. 

Air yang dibutuhkan untuk menyiram tanaman melon menggunakan metode ini lebih sedikit dibandingkan metode lainnya. 

Meskipun demikian, perawatannya lebih rumit, karena seringkali lubang yang ada pada pipa atau selang tersumbat tanah atau kotoran lainnya. Lubang yang tersumbat ini tidak mudah dideteksi, karena letaknya yang berada di dalam mulsa.

 Jika sumbatan ini terlambat dideteksi, tanaman dapat meranggas karena kekurangan air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun