Pada sistem ini, air yang disemprotkan dapat menjangkau wilayah yang luas. Selain itu, keuntungan metode ini antara lain,
mudah dioperasikan, dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, serta alatnya dapat digunakan juga untuk menyemprotkan pupuk dan pestisida.Â
Sementara itu, kelemahannya antara lain biaya instalasi peralatannya relatif mahal, tidak semua air yang disemprotkan akan terserap ke dalam tanah, sehingga banyak yang terbuang percuma, serta penyemprotan kurang merata, apalagi jika terganggu oleh angin.
Selain itu, penggunaan metode sprinkler memungkinkan adanya air yang jatuh dan menggenang di atas daun. Jika tidak cepat menguap, air ini akan mengundang bibit penyakit.Â
Metode lainnya yang umum digunakan untuk mengairi tanaman melon adalah metode irigasi tetes. Pada metode ini, air dialirkan melalui selang atau pipa yang dipasang di antara permukaan bedengan dan mulsa. Selang atau pipa itu dilubangi tepat di dekat lubang tanam, sehingga air yang dialirkan akan menetes di lubang tanam tersebut.Â
Air yang dibutuhkan untuk menyiram tanaman melon menggunakan metode ini lebih sedikit dibandingkan metode lainnya.Â
Meskipun demikian, perawatannya lebih rumit, karena seringkali lubang yang ada pada pipa atau selang tersumbat tanah atau kotoran lainnya. Lubang yang tersumbat ini tidak mudah dideteksi, karena letaknya yang berada di dalam mulsa.
 Jika sumbatan ini terlambat dideteksi, tanaman dapat meranggas karena kekurangan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H