Survei-survei yang dilakukan setelah penemuan James Cook menyimpulkan bahwa tanah air itu perlu dikolonisasi. Tanah tidak bertuan (menurut orang Eropa) itu harus segera ditempati agar tidak diserobot komunitas lain. Tidak cukup dengan menancapkan bendera di sana. Paling tidak, dengan menempatkan orang-orang sangar yang siap perang mempertahankan tanah itu.
Lazimnya adat-istiadat di masa itu, orang pertama yang ditempatkan di daerah koloni adalah tentara. Mereka ditempatkan di pangkalan terdepan untuk menghalau pihak lain yang dirasa mengancam. Salah satu pangkalan yang didirikan adalah Port Essington yang terletak di Semenanjung Cobourg.
Menurut survei pendahuluan, di daerah tersebut tidak ditemukan mamalia besar yang dapat diburu dan dagingnya dapat disantap. Pertama, pangkalan ini dibangun untuk tujuan jangka panjang. Para pionir ini harus tercukupi gizinya, termasuk gizi yang berasal dari daging. Suplai daging dan bahan makanan lainnya tidak bisa ditentukan, mengingat daerah ini jauh dari mana-mana dan belum ada jadwal pelayaran rutin ke daerah ini.
Ini artinya mereka harus mempunyai sumber pakan, termasuk daging, yang terbarukan. Pikir punya pikir, mereka memutuskan membawa banteng (Bos javanicus) bersama pernak-pernik pendirian pos kamling lainnya.Â
Hewan ini mirip sapi, mudah dijinakkan, dan habitat aslinya di Asia Tenggara. Tidak jauh dari Australia Utara, tempat pos kamling itu didirikan. Sehari-hari hewan ini digembalakan di padang rumput yang sudah dibatasi pagar seadanya.
Bulan demi bulan berlalu. Para penjaga itu mulai tidak betah. Penyakit dan berbagai masalah lain membuat mereka tidak ingin berlama-lama lagi di sana.
Setelah mendapat izin dari pusat, pangkalan itu mereka tinggalkan. Banteng-banteng yang entah jumlahnya tinggal berapa, ditinggalkan.Â
Banteng-banteng ini kemudian bermigrasi ke hutan terdekat. Daerah yang lebih aman dan lebih banyak makanan.
Tahun demi tahun berlalu. Banteng-banteng ini beranak pinak. Saat pemerintah Australia menyadari, jumlahnya sudah ribuan ekor. Saat ini diperkirakan ada 10 ribu ekor banteng di daerah tersebut.
Banteng merupakan hewan asli Asia Tenggara. Habitatnya tersebar di Myanmar, Thailand, Kamboja, Malaysia, hingga Indonesia. Ada yang menyebutkan bahwa hewan ini dahulu pernah ada di China.
Saat ini, banteng liar hidup di berbagai Taman Nasional, Suaka Margasatwa, dan hutan-hutan di negara-negara tersebut. Di seluruh Asia Tenggara, jumlahnya tidak sampai lima ribu ekor. Di Indonesia sendiri, banteng liar dapat ditemukan di berbagai pulau. Yang terbesar adalah di Pulau Jawa. Pada setiap habitat, jumlah terbesarnya tidak sampai 500 ekor.