Pada beberapa literatur disebutkan bahwa ikan mas (C. carpio) berasal dari wilayah sekitar perbatasan Eropa Timur dan Asia Tengah. Habitat aslinya terutama di daerah aliran Sungai Danube sampai pesisir Laut Hitam, Danau Laut Aral,dan Danau Laut Kaspia.Â
Para pedagang kuno lintas negara menjadi tersangka utama dikenalnya ikan ini ke berbagai wilayah di luar habitat aslinya. Tidak tahu bagaimanan caranya, mereka membawa ikan ini ke berbagai belahan dunia, termasuk ke wilayah kekuasaan Romawi di Eropa.Â
Mungkin karena ketemu koki yang cocok, para bangsawan romawi langsung kesemsem dengan masakan yang bahan utamanya ikan mas ini. Perlahan tapi pasti ikan mas langsung viral dan menjadi makanan favorit para bangsawan Romawi.Â
Dengan sendirinya, permintaan akan ikan ini juga meningkat tajam. Untuk memenuhi permintaan tersebut, penangkapan dan pengiriman ikan mas otomatis menjadi lebih marak.
Sayangnya, teknologi saat itu belum memadai untuk mengirim ikan mas dalam jarak jauh. Banyak yang mati sebelum sampai ke konsumen.
Para pebisnis ikan mas menjadi panas dingin kalau sering-sering mengecewakan para bangsawan itu. Otak mereka diputar, supaya kepala tidak terlepas dari badan.
Salah satu jalan keluar yang ditemukan adalah stoking. Tidak semua ikan mas yang terkirim, mereka jual ke konsumen. Sebagian mereka simpan di kolam khusus.Â
Kelamaan di simpan, ikan-ikan mas di dalam kolam itu kawin dan berkembang biak. Sebagian dapat hidup hinga ukuran konsumsi.
Dari sinilah kemudian muncul ide untuk membudidayakannya. Mereka tidak perlu lagi membayar mahal untuk penengkapan dan pengiriman ikan ini. Ongkos produksi sekaligus biaya asuransi dapat ditekan.
Trial and error dilakukan berhubung budi daya ikan mas ini merupakan fenomena baru. Setelah selahnya ketemu, budi daya ikan ini menjadi populer. Teknologi yang digunakan juga terus berkembang. Demikian juga dengan varietasnya.
Saat ini, jumlah ikan mas budi daya mungkin sudah mengalahkan ikan mas liar. Â Lokasi budi dayanya sudah tersebar di berbagai benua. Negara yang memproduksi ikan ini sebagai ikan budi daya sudah hampir mencapai seratus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H