Saat menutup pintu kamar tidurnya dari luar, tiba-tiba Gusti Kanjeng Ratu Azijah terpaku sejenak dan menyadari bahwa rasanya tidak bijaksana bila menemui atau memastikan sendirian berita tentang kemunculan Rizqita Hayyu yang mendadak di Istana Keraton.Â
Dia pun berubah pikiran dan segera menuju ke kamar adiknya, Gusti Raden Ayu Kamelia karena dia adalah ibu kandung dari Rizqita Hayyu yang pernah dilahirkannya.
Setelah mengetuk pintu kamar adiknya beberapa kali namun tidak ada jawaban. Kanjeng Gusti Ratu Azijah sedikit merasa khawatir akan kondisi adiknya yang bisa jadi masih merasa shocked akan pertemuannya dengan anak kandungnya yang secara tidak di sengaja di Istana Keraton. Tanpa menunggu, dia pun segera memutar handle pintu kamar di depannya.
Begitu masuk kamar, kekhawatirannya langsung hilang melihat adiknya, G.R.Ay Kamelia yang terlihat terlelap di tempat tidurnya.Â
Meskipun waktu masih belum melepaskan siang dan udara luar masih terasa panas, namun langit-langit yang tinggi dengan ornamen dari kayu jati pilihan membuat udara di dalam kamar menjadi sangat sejuk.
Sambil duduk di kursi di sebelah tempat adiknya, G.K.R Azijah mengamati dengan seksama kecantikan alami pada wajah adiknya, G.R.Ay Kamelia yang masih tidur.Â
Sampai sekarang tampak masih belum pudar jelitanya semenjak masa gadisnya. Hanya saja, bila ingat masa lalu, dirinya merasa terenyuh dengan nasib adiknya yang dulu pernah membuat aib di keluarga Keraton.
Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 1)
Karena tidak ingin mengganggu ketenangan tidur dari adiknya, G.K.R Azijah hanya duduk menunggu sampai dia terbangun. Kondisi itu membuat pikirannya mengingat tentang banyak hal setelah G.R.A Â Kamelia diasingkan di Istana peristirahatan dengan lokasi di hutan lindung Kerajaan yang jauh berada pinggiran kota.
G.K.R Azijah masih ingat saat tengah malam menuju rumah kontrakan abdi dalem mataya, Nurul Puspita Rawadanti yang tiga bulan setelah dinikahkan dengan kekasih, G.R.A Kamelia, yaitu Kusworo Adi Pranoto sebagai bentuk hukuman yang dititahkan dari Kanjeng Susuhunan ayahandanya sebagai Raja.