Bagi mereka yang berliburan di Bali dengan kendaraan pribadi, biasanya akan memilih Telaga Batur di Bedugul, Kabupaten Tabanan sebagai destinasi terakhir sebelum kembali pulang ke asal yang menuju pelabuhan Gili Manuk dengan jalur melewati Kota Singaraja.
Memangnya ada apa di Bedugul?
Di situ ternyata ada sebuah Pura dan Candi air yang cukup besar. Sedangkan candi air utamanya ada di Pura Ulun Danu Batur di Danau Beratan. Danau Batur merupakan danau terbesarnya.
Lokasinya berjarak kurang lebih 50 kilometer dari Kota Denpasar. Hanya saja, topografi pegunungan yang naik turun dan berliku membuat kendaraan yang membawa saya ke sana tidak bisa bergerak cepat dan leluasa meskipun kondisi jalan sudah lebar dan beraspal hotmix.
Kompleks candi yang bercirikan adanya dua pilar pintu gerbang Pura yang menjulang tinggi di pintu masuknya. Di Jawa, dengan masih adanya pengaruh Hindu, kita sering menyebut bangunan tersebut dengan "Gapura" (pintu gerbang) bila memasuki suatu kawasan atau bangunan instansi pemerintah atau swasta.
Di tempat wisata ini, kondisinya sangat bersih dan sangat nyaman untuk dikunjungi. Lahan parkir yang luas dan tertata rapi serta aman adalah layanan pariwisata yang utama. Semua tertata rapi dan terlihat bagus mulai dari stand penjual makanan, souvenir dan juga keberadaan toiletnya yang representatif tersebar di berbagai sudut
Mengunjungi Pura Danu Ulun Beratan, rasanya jadi ingat Film Avatar : The Last Airbender. Seakan-akan ada nuansa kekuatan mistis yang mampu mengendalikan unsur dari dunia air, tanah, udara dan api. Hanya saja, di Pura Beratan ini, sepertinya kita memasuki dunia air, tanpa adanya pemberontakan dari dunia api seperti kisah di film tadi.
Di Bali, memang ada Subak yang sudah dikenal di seluruh dunia, yaitu sistem pengelolaan saluran irigasi pertanian yang sangat maju dan sering diadopsi di daerah lain di nusantara untuk lahan pertanian mereka. Oleh karena manfaat yang besar itu, candi di situ sebenarnya juga untuk persembahan masyarakat Hindu pada Dewi Danu, yaitu Dewi air, danau dan sungai.
Gek Ni Luh yang menemani saya mengelilingi kawasan Pura Beratan, dengan sabar menjelaskan bahwa kawasan Bedugul yang ada di ketinggian sekitar 1.200 meter dari permukaan laut ini terkenal dengan udaranya yang sejuk dan tanahnya sangat subur.
Diperkirakan, Pura Batur dan Pura Ulun Danu dibangun sekitar abad ke 17 dan dari Danau Batur ini, merupakan sumber air utama bagi kehidupan pertanian di Pulau Bali.
Ada juga sebuah Pura yang di bangun agak ke tengah danau dan kita harus menggunakan perahu bila ingin mengunjunginya. Sedangkan ketiga pura lainnya ada di tepi danau.
Ada beberapa taman yang sangat indah di sekitar Pura Beratan. Tanaman bunga yang sedang mekar dan pemandangan telaga Batur yang sedang pasang serta udara sejuknya membuat para pengunjung betah berlama-lama di Kompleks candi tersebut.
Selama ada kegiatan peribadatan masyarakat Bali yang beragama mayoritas Hindu, kita dilarang untuk masuk ke area Pura karena ditakutkan akan mengganggu jalannya prosesi sembahyang.
Namun, bila hanya mengabadikan atau mengambil gambar, klausa itu masih diizinkan dengan tetap menjaga batas area dan kesopanan.
Bangunan Candi Berlumut?
Saat saya menanyakan kenapa bangunan candi yang kadang tampak tidak terpelihara baik karena banyak lumut di sana-sini, ternyata di situlah letak ciri khasnya.
Gek Ni Luh menjelaskan bahwa semakin berlumut, bangunan pagar rumah, puri, pagar Pura atau bangunan lainnya di Bali justru mempunyai nilai yang sangat tinggi dan 'mahal'.
Oleh karena itu, lumut terkadang memang sengaja dibiarkan tanpa dibersihkan pada bangunan adat yang umumnya berbahan batu kali hitam yang sudah ditata dan diukir indah di beberapa sudut desa atau daerah di Bali.
Entah bercanda atau memang benar begitu, fenomena bangunan 'berlumut' yang ada di Bali yang dianggap bernilai tinggi adalah satu hal yang unik dan menarik untuk dicermati dan menjadi ciri khas Pulau Dewata.
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com
Danau Batur, Bedugul, Bali 2024
