Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Negara Kecil Itu Dulunya Bernama Pramuka

26 April 2024   20:15 Diperbarui: 27 April 2024   02:19 21582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Pramuka di Sanggar Ex Gudep 130-133, 507 Sikatan Surabaya tahun 1975 an. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kebijakan Mas Menteri Nadiem Makarim menjadikan Pramuka sebagai satu kegiatan ekstrakurikuler yang tidak wajib bagi seluruh anak didik di seluruh institusi pendidikan formal di tanah air harus diakui sebagai sesuatu hal yang mengejutkan bagi semua pihak.

Meskipun keputusan Mas Nadiem tersebut menuai pro dan kontra, penjelasan berikutnya yang disampaikan oleh Anindito dari Kemendikbudristek sedikit banyak bisa dicermati bahwa sesungguhnya, Mas Menteri Pendidikan, tidaklah membuat perubahan mendasar akan eksistensi dari ekstrakurikuler Pramuka yang ada di setiap sekolah.

Seperti yang diteruskan oleh Kompas.com (1/4/2024), sesuai dengan Permendikbudristek no. 12 Tahun 2024 bahwa Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib disediakan oleh setiap lembaga sekolah.

Hanya saja, kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ini selanjutnya bersifat sukarela dan tidak menjadi kegiatan yang diwajibkan bagi peserta didik seperti pada Kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 13 atau Kurtilas. 

Baca Juga  :  Pramuka, Masihkah Berperan Penting di Era Milenial Ini?

Sekarang semua murid diberikan kebebasan mau menjadi anggota Pramuka apa tidak sesuai dengan bakat dan minatnya, mereka bebas memilih sendiri tanpa ada unsur pemaksaan karena pramuka tidak wajib lagi..

Substansinya di mana?

Di dalam Kurtilas, Kegiatan Pramuka bersifat wajib dan menjadikan salah unsur penilaian di dalam buku rapor per semesternya. Ada dua model penilaian yang harus diambilkan dalam kegiatan wajib Pramuka.

Kegiatan kepramukaan karena berhubungan dengan tugas kedinasan. Sumber gambar dokumen pribadi
Kegiatan kepramukaan karena berhubungan dengan tugas kedinasan. Sumber gambar dokumen pribadi

Pertama adalah Model Blok, yaitu penilaian dengan kegiatan perkemahan minimal sekali dalam satu tahun atau yang kedua Model Aktualisasi diri, yaitu penilaian dimana semua siswa wajib mengikuti kegiatan Pramuka secara rutin, berkala, berkesinambungan, terinci dan terjadwal dalam program di setiap sekolah.

Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka saat ini, ditekankan untuk menggunakan Model Penilaian Reguler, dimana setiap anak didik yang memilih sendiri kegiatan Pramuka sebagai kegiatan pilihannya dan mereka wajib diberi nilai sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya di dalam buku rapornya.

Masihkah Kegiatan Pramuka akan diminati setelah ini?

Sejujurnya, saya sendiri juga tidak mampu menjawabnya karena belum ada data yang mendukung argumentasi dari jawaban pada pertanyaan di atas tersebut.

Penulis ada di dalam anggota ex-Gudep 130-133 507 Sikatan, Surabaya. Sumber gambar dokumen pribadi.
Penulis ada di dalam anggota ex-Gudep 130-133 507 Sikatan, Surabaya. Sumber gambar dokumen pribadi.

Jawaban pastinya akan diketahui setelah awal pelajaran baru dimulai, yakni pada pertengahan Juli 2024. Bulan berikutnya kita semua akan mengetahui berapa persentase anak didik yang bersukarela mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah untuk semua tingkatan kelas dan jenjang di tanah air.

Memang ada sedikit kekhawatiran bahwa meskipun pihak sekolah sudah menyediakan ekstrakurikuler Pramuka di lembaganya, jangan-jangan, tidak ada anak yang mendaftar atau berminat untuk mengikutinya. Bisa juga, bila adapun, hanya beberapa anak dengan persentase yang sangat rendah. Bila ada ketakutan semacam di kalangan para aktivis pramuka, rasanya itu wajar saja.

Kegiatan PERSAMI Pramuka ex- Gudep 130-133 Surabaya Tahun 1975 an. Sumber gambar dokumen pribadi
Kegiatan PERSAMI Pramuka ex- Gudep 130-133 Surabaya Tahun 1975 an. Sumber gambar dokumen pribadi

Haruskah Organisasi Pramuka berbenah dan introspeksi ke dalam?

Jawabannya sudah jelas, yaitu HARUS. Mengapa demikian? Coba saja cermati faktor-faktor apa saja yang membuat kegiatan Pramuka menjadi kurang diminati. Pastilah ada dua faktor yang dimungkinkan muncul, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal yang melemahkan adalah kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dianggap sebagai salah satu kegiatan yang membosankan oleh para generasi milenial atau Gen Z. Pramuka dianggap identik dengan kegiatan sebatas upacara dan berpanas-panasan di lapangan.

Juga adanya kesenjangan antara senior dan junior sebagai kakak dan adik tingkat kelas. Tidak heran sedikit banyak ada unsur dominasi dan mengarah pada hegemoni senioritas serta ada perasaan merasa diperlakukan "kasar"atau merasa di-bully yang padahal itu sejatinya tidak benar dalam kegiatan kepramukaan karena bisa menghilangkan "rasa senang" dalam mengikuti kegiatan kepramukaan.

Baca Juga  :  Mengenal Tujuh Sahabat R.A. Kartini dalam Buku "Door Duisternis Tot Licht"

Program kegiatan Pramuka di sekolah yang tidak terjadwal dengan baik mulai dari program maupun pada pelaksanaan kegiatan yang semata berfokus pada pelatihan kekuatan fisik dan mengesampingkan program pengembangan bagaimana berfikir kritis dan logis pada anak-anak Pramuka menjadikan kegiatan pramuka semakin stagnan dan mandul.

Juga, ada kesan bahwa para mereka yang menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, sama sekali tidak memahami secara detail tentang kepramukaan itu sendiri. Mereka juga merasa terpaksa hanya menjalankan tugas dinas atau ditunjuk.

Kegiatan Pramuka di Sanggar Ex Gudep 130-133, 507 Sikatan Surabaya tahun 1975 an. Sumber gambar dokumen pribadi.
Kegiatan Pramuka di Sanggar Ex Gudep 130-133, 507 Sikatan Surabaya tahun 1975 an. Sumber gambar dokumen pribadi.

Faktor Eksternal juga bisa membuat kegiatan Pramuka menjadi kurang diminati. Pengaruh perubahan informasi secara global sehingga semua negara menjadi borderless membuat budaya, bahasa, way of life, pola pikir, gaya hidup, entertainment seperti online gaming dan karakter asing saling bebas diakses tanpa adanya filter oleh para generasi muda di setiap negara berbeda dimana pun berada.

Apakah saya menyukai kegiatan Pramuka?

Ini yang lumayan sulit juga untuk menjawabnya. Bisa jadi perasaan saya ini juga mewakili Gen X seperti saya ini bila ada di antara mereka.

Di tahun 1973 sampai dengan 1985, sewaktu bersekolah dan dibesarkan di Kota Surabaya, saya sangat menyukai kegiatan Pramuka. Saat itu, kegiatan Pramuka bukanlah menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah.

Kegiatan Perkemahan di luar kota bagi Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya tahun 1975 an saat liburan sekolah. Sumber gambar dokumen pribadi
Kegiatan Perkemahan di luar kota bagi Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya tahun 1975 an saat liburan sekolah. Sumber gambar dokumen pribadi

Bahkan, tidak semua sekolah mempunyai Gugus Depan atau GuDep sebagai induk kegiatan di setiap lembaga pendidikan. Uniknya, GuDep tersebut, bisa dimiliki oleh sekelompok masyarakat, perusahaan swasta atau instansi pemerintah dan saat ini, klausa yang terakhir itu sudah sangat langka ditemukan.

Dari mulai siaga sampai dengan menjadi penegak, hampir setiap hari Minggu sore saya habiskan demi mengikuti kegiatan Pramuka karena sangat mengasyikkan dan bisa menjadi wahana untuk membentuk karakter diri dan melatih leadership.

Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya sedang belajar ilmu peta sebelum melakukan kegiatan penjelajahan alam saat berkemah. Sumber gambar dokumen pribadi.
Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya sedang belajar ilmu peta sebelum melakukan kegiatan penjelajahan alam saat berkemah. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kegiatan perkemahan, Persami (Perkemahan Sabtu Minggu), penjelajahan, belajar Sandi atau Morse, simbol bendera Semaphore, Pelajaran Baris Berbaris, mendaki gunung, survival dan Belajar Ilmu Kepemimpinan adalah menu yang wajib diikuti saat itu.

Gugus Depan 130-133 dengan Pangkalan Asrama 507 (Sekarang Batalion 500 Raiders) di Jalan Gajahmada adalah pangkalan Sanggar Pramuka utama di Surabaya selatan dan berdiri sampai sekarang.

Anggotanya terdiri dari seluruh anak muda yang berminat dari dalam dirinya sendiri tanpa ada unsur paksaan. Mereka itu berasal dari lapisan masyarakat dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya yang beragam. 

Apapun agama, suku, bahasa dan adat yang berbeda pula dari para anggotanya, namun kita semua disatukan dalam satu "Negara kecil" yang kita sebut dengan Pramuka.

Reuni anggota Pramuka ex-Gudep 130-133 Surabaya di Wonosalam, Jombang tahun 2022. Sumber gambar dokumen pribadi
Reuni anggota Pramuka ex-Gudep 130-133 Surabaya di Wonosalam, Jombang tahun 2022. Sumber gambar dokumen pribadi

"Negara Kecil Bernama Pramuka", direkatkan dengan kode etik Pramuka, Dasa Dharma Pramuka, Tri Satya Pramuka dan bahkan ada Hymne Pramuka. Semua itu adalah tuntunan dalam membentuk insan Indonesia yang agamis, toleran, disiplin, dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang sangat tinggi bagi kami semua sampai saat ini.

Tidak mengherankan bila sampai sekarang, setelah beberapa dekade kita semua masih dan selalu berkomunikasi serta acap kali ber-reuni meskipun tempat tinggal, pekerjaan, dan nasib meletakkan masing-masing dari kita di kota atau pulau yang berbeda. Usia boleh tua, tapi Pramuka, Praja Muda Karana itu ada dalam jiwa diri kita semua.

Kita semua dari berbagai penjuru kota dan pulau dipertemukan lagi pada acara reuni ex- Gudep 130-133 Surabaya dengan mengajak keluarga, anak, suami, istri dan cucunya.

Mereka yang saat ini sudah menjadi Pejabat, Jenderal, Pegawai BUMN, PNS, Guru, Pengusaha dan banyak lainnya akan melupakan statusnya serta kembali bernostalgia pada masa kecil dulu dengan membuat kegiatan yang berhubungan dengan materi kepramukaan selama reuni. Lihat saja!, meskipun motif, model dan warna bajunya bermacam-macam, namun hasduk merah putih tetap melingkar di leher mereka.

Brotherhood dan Sisterhood ex Gudep 130-133 Surabaya di acara reuni tahun 2022. Sumber gambar dokumen pribadi
Brotherhood dan Sisterhood ex Gudep 130-133 Surabaya di acara reuni tahun 2022. Sumber gambar dokumen pribadi

Kita semua dibentuk dalam satu wadah Pramuka untuk ada dalam rasa Brotherhood dan Sisterhood yang merasa senasib dan seperjuangan dalam mengatasi berbagai masalah saat mengikuti kegiatan perkemahan di luar kota sejak dulu. Kami telah dijadikan satu keluarga besar yang erat berkat kegiatan ke-Pramukaan tersebut.

Semua ilmu yang telah kita terima dari pembina atau senior kita, ternyata sangat bermanfaat setelah kita menjadi dewasa dan harus hidup di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. 

Pramuka telah membuat diri kita semua menjadi tangguh dalam menghadapi beratnya tantangan kehidupan dan krisis multi dimensi yang saat ini terjadi di tengah masyarakat kita.

Bagaimana dengan sekarang?

Jujur, sekarang saya menjadi tidak menyukai kegiatan kepramukaan karena ada beberapa hal yang sepertinya menurut pendapat saya pribadi, kegiatan Pramuka sudah terasa berbeda dari apa yang dicetuskan awal oleh Bapak Pandu sedunia, Lord Baden Powell.

Anggota Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya dengan rasa nasionalisme yang tinggi bereuni di masa tua mereka. Sumber gambar dokumen pribadi.
Anggota Pramuka ex Gudep 130-133 Surabaya dengan rasa nasionalisme yang tinggi bereuni di masa tua mereka. Sumber gambar dokumen pribadi.

Ada nuansa bahwa kegiatan Pramuka sudah 'tergiring' untuk berbagai kepentingan yang berbau politis dan sifat serta program yang ditawarkan sudah tidak menarik lagi bagi khususnya kaum generasi Milenial atau Gen Z.

Tidak heran, Mas Nadiem, menurut dugaan saya, juga mencium adanya aroma tersebut. 

Oleh karena itu, Pramuka dikembalikan lagi sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa gerakan Pramuka bersifat mandiri, sukarela dan non-politis. Sejalan dengan hal tersebut, akhirnya Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024 mengatur dan mengembalikan lagi bahwa keikutsertaan murid di sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk Pramuka, harus bersifat sukarela.

Saat ini, kita semua hanya bisa menunggu datangnya bulan Juli 2024, dan dari momen itu akan diketahui, seberapa banyak anak didik yang bersukarela mengikuti ekstrakurikuler Pramuka di setiap sekolah setelah dinyatakan sebagai ekstrakurikuler Pramuka tidak wajib lagi.

Anak-anak, menantu dan cucu anggota Pramuka ex-Gudep 130-133 Surabaya selalu diajak serta setiap reuni pramuka. Sumber gambar dokumen pribadi
Anak-anak, menantu dan cucu anggota Pramuka ex-Gudep 130-133 Surabaya selalu diajak serta setiap reuni pramuka. Sumber gambar dokumen pribadi

Setelah itu baru bisa diambil kesimpulan apakah Pramuka yang sejatinya "Negara Kecil" dalam membentuk karakter, kepribadian dan memupuk jiwa nasionalisme bagi para generasi muda bangsa dalam menghadapi gempuran pengaruh budaya asing yang semakin gencar masih mampu menjadi filternya?

Artikel ditulis untuk Kompasiana.com

Magetan, 26 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun