Kegiatan perkemahan, Persami (Perkemahan Sabtu Minggu), penjelajahan, belajar Sandi atau Morse, simbol bendera Semaphore, Pelajaran Baris Berbaris, mendaki gunung, survival dan Belajar Ilmu Kepemimpinan adalah menu yang wajib diikuti saat itu.
Gugus Depan 130-133 dengan Pangkalan Asrama 507 (Sekarang Batalion 500 Raiders) di Jalan Gajahmada adalah pangkalan Sanggar Pramuka utama di Surabaya selatan dan berdiri sampai sekarang.
Anggotanya terdiri dari seluruh anak muda yang berminat dari dalam dirinya sendiri tanpa ada unsur paksaan. Mereka itu berasal dari lapisan masyarakat dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya yang beragam.Â
Apapun agama, suku, bahasa dan adat yang berbeda pula dari para anggotanya, namun kita semua disatukan dalam satu "Negara kecil" yang kita sebut dengan Pramuka.
"Negara Kecil Bernama Pramuka", direkatkan dengan kode etik Pramuka, Dasa Dharma Pramuka, Tri Satya Pramuka dan bahkan ada Hymne Pramuka. Semua itu adalah tuntunan dalam membentuk insan Indonesia yang agamis, toleran, disiplin, dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang sangat tinggi bagi kami semua sampai saat ini.
Tidak mengherankan bila sampai sekarang, setelah beberapa dekade kita semua masih dan selalu berkomunikasi serta acap kali ber-reuni meskipun tempat tinggal, pekerjaan, dan nasib meletakkan masing-masing dari kita di kota atau pulau yang berbeda. Usia boleh tua, tapi Pramuka, Praja Muda Karana itu ada dalam jiwa diri kita semua.
Kita semua dari berbagai penjuru kota dan pulau dipertemukan lagi pada acara reuni ex- Gudep 130-133 Surabaya dengan mengajak keluarga, anak, suami, istri dan cucunya.
Mereka yang saat ini sudah menjadi Pejabat, Jenderal, Pegawai BUMN, PNS, Guru, Pengusaha dan banyak lainnya akan melupakan statusnya serta kembali bernostalgia pada masa kecil dulu dengan membuat kegiatan yang berhubungan dengan materi kepramukaan selama reuni. Lihat saja!, meskipun motif, model dan warna bajunya bermacam-macam, namun hasduk merah putih tetap melingkar di leher mereka.