Namaku terpanggil untuk masuk ruangan hampa udara
Hanya ada suara ketukan dan derit pintu yang terdengar
Jantungku berdegup kencang saat duduk di kursi yang membara
Seolah menghadap empat dewa  yang sedang menatapku tajam.
Dua dari mereka meneliti lembaran nasibku di tangannya
Satu lagi menimbang kelebihan dan kekurangan perjalanan hidupku.
Dewa yang terakhir menguji dan memujiku dengan kalimat yang ambigu
Pasrah menyerahkan nasibku pada para dewa di depanku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!