Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Cerpen : Gus Opal dan Sosok Wujud Asli "Jin"

14 April 2024   22:09 Diperbarui: 23 April 2024   23:11 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan kamu tatap lama pada matanya!, Kedipkan matamu sekarang!!", teriak Gus Opal berkali-kali pada Dhanu, salah satu santrinya yang termasuk bengal dan berani di Pondok Pesantren, tempat dimana dia juga menjadi salah satu pengasuh sekaligus ustadz yang sehari-harinya mengajar berbagai ilmu agama.

Setelah hampir lebih dari 20 detik berlalu, akhirnya Dhanu pun tumbang pingsan menyusul tiga santri lainnya yang sudah pingsan lebih awal setelah diberi tahu akan keberadaan sosok "Jin", makhluk halus yang muncul dalam wujud aslinya di belakang mereka.

Baca Juga: Pak Kadirin dan Malam Lebaran

Sebagai pengasuh di Pondok Pesantren yang terletak di daerah pedesaan di bawah Lereng Gunung Lawu yang terkenal dengan udaranya yang dingin, Gus Opal sebenarnya menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya kepada keempat santrinya itu memang terbilang salah.

Namun harus bagaimana lagi, kenakalan empat santri di Pondok Pesantren yang dipimpinnya sudah meresahkan ratusan santri dan santriwati lainnya karena sering terganggu oleh mereka berempat yang memang terkenal usil baik saat pelajaran, pengajian atau di saat senggang waktu dalam kehidupan di pondok.

Sebenarnya, namanya yang asli adalah Muhammad Naufal Al-Ghifari. Oleh karena dirinya merupakan anak laki-laki dari pemilik Pondok Pesantren, maka semua guru pengasuh, santri maupun santriwati selalu memanggil dirinya dengan sebutan "Gus".

Itu adalah panggilan kesayangan bagi anak lelaki dari pemilik Pondok Pesantren di mana pun berada. Entah mulai kapan, nama dirinya "Naufal", bisa mendapat panggilan "Opal". Beliau menyadari, itu mungkin panggilan kesayangan yang diberikan pada dirinya oleh banyak orang sejak masih kecil. Maka, sampai dewasa pun, jadilah "Gus Opal" sebagai nama akrabnya bagi siapa saja.

Malam Jumat selepas salat Isya berjamaah di Masjid di dalam Pondok Pesantren, Gus Opal memberikan pengajian dan tanya jawab kepada seluruh jamaah, santri dan santriwati, tentang materi makhluk-makhluk yang Allah Azza Wa Jalla ciptakan selain manusia.

"Manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai makhluk yang sempurna karena diberikan akal dan pikiran, namun juga diberikan sifat-sifat yang dimiliki oleh iblis. Oleh karena itu, manusia ada yang beriman, ada yang murtad, ada yang kafir juga munafik...."

Belum juga selesai Gus Opal selesai memberikan wejangan, tiba-tiba empat santri yang dipimpin oleh Dhanu berdiri dan menyela kegiatan mengajarnya. "Ustadz!, kalau manusia lebih sempurna, berarti sakti mana bila dibandingkan dengan makhluk halus lainnya seperti "Jin"?".

Akhirnya Gus Opal pun menjelaskan bahwa manusia dan "Jin" adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT. Hidup mereka berbeda alam. Manusia hidup di dua dimensi alam, sedangkan Jin hidup di tiga dimensi alam. Oleh karena itu, Jin bisa hidup di alam kehidupan manusia, namun sebaliknya manusia tidak bisa hidup di dunia Jin.

"Jemaah Pondok Pesantren yang saya sayangi!, bangsa Jin itu juga seperti manusia, ada yang beriman, ada yang kafir, ada pula yang jahat dan baik seperti halnya kita semua. Mereka bisa saja berusia panjang atau tidak mati sampai hari kiamat kelak", lanjut Gus Opal dalam pengajiannya.

"Jika penjelasannya seperti itu, terus bangsa Jin itu selama di dunia rumahnya di mana, pak Ustadz?", tanya Dhanu yang terlihat sangat antusias dan seperti bersifat menguji ustadznya dalam bertanya.

"Begini!, kita harus menghormati para bangsa Jin itu tinggal!......", Gus Opal diam sejenak sambil memperhatikan para santri dan santriwatinya yang mendengarkan pengajiannya dengan seksama. ".......Mau tahu di mana mereka tinggal?!", pancing Gus Opal lagi.

"Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di lubang di bawah tanah, maka para cowok, jangan suka kencing sembarangan apalagi menyiram lubang itu dengan air seni. Kedua, mereka tinggal di bawah batu yang besar...".

"....Terakhir yang ketiga, mereka tinggal di dalam tulang hewan yang dibuang di tempat terbuka dan bila menemukannya, segera kuburkan ke dalam tanah ya!" tutup Gus Opal dalam pengajiannya dan meminta semua santri dan santriwatinya untuk kembali ke kamar di asrama mereka masing-masing yang terpisah jauh dengan dikawal oleh para ustadz dan ustadzah lain sebagai walinya.

Baca Juga: Kecelakaan Mengerikan Terjadi di Depan Gerbang Sekolah

Hanya Dhanu dan tiga santri yang tidak beranjak dari teras Masjid Pondok. "Ada apa Mas Dhanu, kok belum segera masuk kamar!? Apakah masih ada yang mau ditanyakan?", tanya Gus Opal dengan nada lembut dan penuh kesabaran sambil memperhatikan polah santrinya yang terkenal sebagai troublemakers itu.

"Kami berempat ingin Ustadz menjelaskan lebih banyak tentang wujud asli dari bangsa Jin itu dan bagaimana caranya untuk memanggil mereka atau syukur bila kami berempat bisa bertemu mereka?", tanya keempat anak santri itu bergantian.

Tanpa menunggu, Gus Opal pun segera memberikan penjelasan khusus bahwa bangsa Jin itu bisa dipanggil oleh manusia. Hanya, orang yang memanggilnya bukanlah orang sembarangan, melainkan hanya mereka yang mempunyai ilmu agama dengan tingkatan yang sangat tinggi saja yang mampu melakukannya.

"Jika kamu pernah mendengar ada bangunan rumah kuno yang megah milik orang kaya raya, biasanya ada Jin yang dipanggil oleh seorang ustadz atau kyai dan diberi tugas untuk menjaga rumah itu dari para perampok atau pencuri" jelas Gus Opal sambil mengamati ekspresi keempat santrinya itu.

"Hanya saja, saat pemilik rumah meninggal dan juga ustadz atau kyai yang memanggil Jin tersebut juga meninggal, mungkin mereka lupa belum mengembalikan makhluk Jin sebagai penjaga rumah itu kembali ke alamnya. Makanya, banyak orang yang sering mengaku pernah melihat ada "penampakan" di banyak rumah besar atau kuno, hingga sering disebut sebagai "Rumah Angker atau Rumah Berhantu". Kali ini Gus Opal menjelaskannya dengan nada serius.

"Bangsa Jin sering menampakkan dirinya dalam wujud yang samar-samar seperti sosok manusia, dan mereka sering disebut setan oleh orang yang penakut!  Itu karena mata manusia tidak akan mampu dan kuat untuk melihat wujud mereka yang aslinya. Ada resiko yang harus ditanggung bila memaksakannya!"

Tiba-tiba Dhanu berdiri dan menatap Gus Opal dengan tertawa sambil berkata,"Saya tidak pernah percaya dengan omongan ustadz! Semua itu hanya bualan saja agar kami semua takut! Jika memang tidak bohong, pertemukan kami berempat dengan bangsa Jin tersebut!".

Akhirnya, Gus Opal pun berdiri dan mengajak keempat santri nakalnya untuk berjalan mengikutinya. Serempak semua merasa senang dan tanpa ada perasaan takut segera mengekor Gus Opal yang berjalan di kegelapan malam yang sepi menuju kebun yang seperti hutan lindung jauh dari lingkungan Pondok Pesantren yang dipenuhi  Pohon Beringin dan Trembesi besar.

Baca Juga: Penjual Nasi Pecel dan Tukang Pijat yang Kupanggil "Ibu" Itu Adalah Seorang Pembohong

Di tengah kegelapan hutan dan jam menunjukkan beberapa menit melewati tengah malam, Gus Opal meminta keempat anak itu berdiri menghadap dirinya. Beliau memberi pesan dengan tegas untuk tidak melihat wujud asli dari makhluk Jin selama lebih dari 30 detik. Bila dilakukan, risikonya harus ditanggung oleh mereka sendiri.

Setelah keempat anak santri itu mengiyakan, Gus Opal segera memejamkan matanya sambil menunduk. Mulutnya seperti sedang membaca doa untuk beberapa saat. Dhanu mengamati sambil tersenyum menghina dan meminta ketiga temannya untuk melihat Gus Opal yang dianggapnya lucu saat berdoa.

Tiba-tiba, Gus Opal menengadah melihat mereka sambil berkata pelan, "Semuanya!, Silakan lihat ke belakangmu sekarang!".

Refleks semuanya menoleh dan belum ada 2 detik, begitu terlihat sosok tinggi besar hitam di depannya, ada teriakan dari salah satu ketiga anak tersebut, "Allahu Akbar!". Setelah itu. Ada suara "Berdebum" dari tiga tubuh mereka semua yang jatuh pingsan dan bergelimpangan di tanah yang basah oleh embun tengah malam.

Hanya Dhanu yang terkenal paling nakal dan sering berbuat onar yang berani menatap tanpa berkedip wujud asli dari mahluk Jin itu selama lebih dari 15 detik. Sampai akhirnya Gus Opal berbisik keras di telinga Dhanu "Kedipkan matamu, Dhanu!".

Begitu Dhanu menjalankan perintah Gus Opal, tiba-tiba semua sudah menjadi gelap dan dia juga tidak sadarkan diri. Entah berapa lama Dhanu pingsan, dan begitu membuka mata, dirinya sudah berada di teras Masjid di dalam Pondok Pesantren.

Dhanu pun segera terbangun dan duduk. Terlihat ketiga temannya masih pingsan, atau entah tertidur di sampingnya. Dhanu berusaha mengingat-ingat ada peristiwa apa yang barusan terjadi. Kenapa dirinya dan ketiga temannya bisa tidur di dalam Masjid. Dia hanya ingat telah diajak Ustadz Opal ke hutan lindung di kebun belakang di Pondok Pesantren itu.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa sadar dan tidak apa-apa! Bila terlambat saya menolongmu, mungkin kamu akan berakhir menjadi orang yang kehilangan ingatan dan selanjutnya akan disebut sebagai orang gila seperti yang sudah banyak terjadi pada mereka sebelumnya yang berani melihat wujud asli dari Jin!"

Cerpen ditulis untuk Kompasiana.com

 Magetan, 14 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun