Jadi narasi bermain game keluarga dengan memberikan hadiah uang pada konteks di momen hari lebaran, adalah hal yang biasa saja dan tidak perlu didramtisir antara halal dan haramnya. Silakan saja dan lanjutkan kegiatan yang termasuk positif dalam berinteraksi dan membangun komunikasi antar anggota keluarga besar Anda.
Bagaimana dengan keluarga saya?
Jelaslah, setiap hari lebaran kedua semua akan memberikan amplop berisi uang yang sudah disiapkan kepada setiap anak-anak, keponakan atau mereka yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Mereka dengan kategori tersebut yang berhak mendapatkan uang saku dan tidak bagi yang sudah bekerja atau berumah tangga.
Aturan permainannya bagaimana?
Pertama, Semua jenis ukuran dan warna amplop dari para orang dewasa dalam keluarga tersebut harus dikumpulkan menjadi satu terlebih dulu, baru kemudian setiap amplopnya sudah direkatkan atau diberi seutas benar panjang dan selanjutnya dikumpulkan untuk dicampur.
Kedua, selanjutnya bagi setiap anggota keluarga yang berhak mendapatkan uang saku, akan memilih ujung benang tersebut da menarik seutas benang. Dengan ukuran panjang benang yang sama, akan nampak bahwa ada satu amplop yang naik bila ditarik.
Ketiga, itu artinya, dia si penarik benang, berhak mendapatkan amplop yang berisi uang dengan nominal yang semua peserta tidak mengetahuinya karena diisi secara random dan tentu saja ada minimal nominalnya.
Lucunya, ada ada keponakan yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dan saat mendapatkan 8 amplop, isi per amplopnya adalah Rp.100.000,00. Sehingga, pada hari itu dia sudah mendapat uang saku sebanyak Rp.800.000,00.
Sedangkan yang berstatus mahasiswa, juga menerima jumlah 8 amplop yang sama, namun isinya bervariatif mulai dari Rp.25.000,00 , Rp. 30.000,00 sampai dengan Rp. 50,000,00. Aneh, kan!?
Sampai ada anggota keluarga yang menyeletuk lucu bahwa semua harus ikhlas menerima uang saku atas pilihan amplopnya sendiri-sendiri karena jumlah uang saku mereka yang berbeda itu mungkin sesuai dengan 'amal'-nya masing-masing.
Artikel Ramadan bercerita 2024 ditulis untuk Kompasiana.com