Di bulan ramadan ini, sungguh berat rasanya untuk menyeimbangkan antara bekerja rutin di kantor setiap hari mulai dari pagi sampai pukul 15.00 dan selajutnya berkemas-kemas untuk berangkat berolahraga tenis lapangan atau bersepeda menyusuri jalanan pedesaan dan juga malamnya masih juga harus taraweh dan tadarus.
Sehabis sahur dan salat subuh, saya masih harus berliterasi membaca buku atau menulis artikel dan menyiapkan tugas kantor sampai waktunya berangkat kerja lagi.
Itulah rutinitas yang saya jalani setiap hari selama bulan puasa ini. Untuk itu harus ada komitmen dan disiplin yang kuat agar semuanya bisa dijalani dengan ikhlas dan penuh semangat agar apa yang dilakukan bisa menjadi amalan ibadah.
Rasanya waktu beristirahat untuk tidur menjadi singkat. Hebatnya, tidak ada perasaan lelah atau malas yang muncul dalam diri ini. Semua itu diniati untuk memanfaatkan waktu yang berjalan agar tidak terbuang sia-sia selama bulan yang penuh ampunan ini.
"Iqra!, Iqra!, Iqra!"
Itulah kalimat malaikat Jibril saat menurunkan wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro, yang artinya, "Baca!, Baca! dan Bacalah!".Â
Oleh karena itu, mari kita pergunakan banyak malam hari untuk membaca Al Qur'an dan juga arti terjemahannya. Baik dengan lantunan suara yang keras maupun dengan membaca secara diam dalam hati mempunyai manfaat yang sama.
Kita harus paham, bahwa pertama kali ilmu itu masuk ke dalam otak kita, semua harus melalui aktivitas membaca. Namun, sayangnya minat dan daya baca masyarakat kita sangatlah rendah. Boleh dikatakan bahwa dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang menyukai literasi. (Survei Unesco).
Empat Buku Agus Mustofa.
Selesai salat subuh, ada 4 buku Agus Mustofa yang saya rekomendasikan bagi Anda untuk dibaca. Akan tetapi sebelumnya mari kita cari tahu, siapa sih Agus Mustofa itu?