Faktor Ketiga yaitu pengeluaran wajib (obligation) seperti pembayaran pajak kendaraan, pajak rumah, pembayaran hipotek, PDAM, PLN, Biaya kuliah anak dan Biaya lainnya seperti kebutuhan hidup dalam satu bulan.
Semua pengeluaran di atas itu adalah pasti dan saat kita tidak mengatur atau mulai menyiapkannya, pastilah akan menggunakan dana simpanan dan hal inilah awal dari kekacauan keuangan kita sendiri.
Solusinya bagaimana?
Pertama, sudah saatnya diperlukan adanya literasi keuangan, yaitu bagaimana kita dan tidak perlu malu, untuk melakukan gaya hidup frugal living atau hidup sederhana yang terencana dengan melakukan kebijakan keuangan secara ketat dengan disiplin keras agar neraca pemasukan lebih besar daripada pengeluaran.
Kedua, hindari adanya pinjaman yang tidak perlu untuk membeli barang-barang sekunder yang tidak dibutuhkan dengan mengabaikan "rasa gengsi" demi gaya hidup hedonisme duniawi agar dipandang hebat oleh orang lain.
Ketiga, lakukan konseling atau konsultasi perihal pengaturan keuangan pada konsultan keuangan tentang bagaimana mengelola penghasilan kita dengan mengedepankan skala prioritas kebutuhan atau jenis investasi apa yang tepat pada kemampuan keuangan kita.
***
Disadari atau tidak, konsep hidup sederhana itu pastilah sudah dipahami oleh semua orang namun teori hidup sederhana itu memang tidak semudah dalam praktiknya. Juga, terkadang dalam memenuhi kebutuhan hidup kita ini tidaklah melulu berhitung ala Matematika di mana nominal uang masuk harus lebih besar daripada uang keluar dan harus cukup semua kebutuhan pokok.
Sekarang tinggal kembali pada diri kita sendiri,kapan mau memulainya?, Bisa disiplinkah kita? Punya tekad yang kuat apa tidak? Bila abai, slogan hidup sederhana yang terencana itu hanya akan menjadi wacana indah di telinga kita semua.
Magetan, 2 Februari 2024
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com