"Merawat dan menjaga itu lebih sulit daripada membuat atau mengadakannya"
Rasanya kalimat tersebut di atas itu ada benarnya juga dan perlu digarisbawahi serta dimaknai sebagai suatu tantangan agar lebih baik dalam semua aspek di dalam kehidupan ini.
Baca Juga : Liburan ke Magetan di Cuaca Ekstrem, Siapa takut!
Momen liburan akhir tahun adalah pundi-pundi pemasukan secara ekonomi bagi pengelola destinasi wisata, rasanya tidak berlaku bagi warga desa Randugede di Magetan ini. Pasalnya, destinasi pariwisata keluarga ini tidak bisa memanfaatkan peluang yang menggiurkan karena destinasi wisata yang dulunya dikenal sebagai Hidden Paradise (Surga yang tersembunyi) sedang tertidur lelap.
Sedikit sedih juga saat mengunjungi dan melihat satu destinasi wisata keluarga yang berada di desa Randugede, kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.Â
Bagaimana tidak, desa pariwisata yang dulunya terkenal dengan tempat rekreasi eksotis dan indah serta menawarkan tempat sejuk untuk healing, ternyata berubah tanpa ada perawatan. Bahkan banyak para menteri dan pejabat negara yang juga menyempatkan untuk berkunjung ke desa wisata ini saat ada kesempatan dinas ke Magetan.
Lokasinya yang berada dilembah gunung, dengan pemandangan bukit hijauserta akses jalan yang sudah di aspal hotmix dan hanya ditempuh sekitar 15 menit dari Kota Magetan, membuat kendaraan bus besar bisa langsung ke lokasi ternyata potensi sarana dan prasarana itu belum dimanfaatkan secara maksimal oleh warga desa Randugede.
Beberapa tahun lalu, lembah desa yang bernama Randugede Hidden Paradise (RHP) adalah satu desa pariwisata unggulan yang berkelanjutan dan mampu menarik ribuan pengunjung disetiap akhir pekannya namun mendadak tertidur lelap karena beberapa faktor sebagai penyebabnya.
Faktor Pertama adalah hantaman badai Covid-19 di awal tahun 2020. Pandemi yang menyebar masif di seluruh dunia, mau tidak mau memaksa semua aktivitas terhenti karena adanya lockdown di semua tempat yang menjadi pusat kerumunan masa. Tidak terkecuali sektor pariwisata di banyak tempat termasuk Randugede Hidden Paradise ini.
Baca Juga : Dampak Memboyong Konsep Hutan Bambu Arashiyama Jepang ke Magetan, Indonesia
Hal itu tidak menjadi masalah bagi pemilik destinasi wisata dengan modal besar di banyak tempat, namun akan berbeda bila modal untuk pembuatan tempat wisata berasal dari semua warga desa yang dikelola melalui BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) demi menggerakan perekonomian warga desa itu sendiri.
Faktor Kedua adalah Manajemen keuangan dalam mengelola tempat wisata seperti di desa Randugede tersebut. Dibutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk perawatan fisik dan sarana di tempat pariwisata karena hampir semua bangunan masih semi permanen yang dibangun dengan bambu sebagai material utamanya.
Otomatis biaya pembayaran jawa perawatan juga akan menjadi tinggi yang disebabkan mudah lapuknya material bangunan rumah pariwisata di Randugede gegara dimakan usia dan cuaca.
Faktor Ketiga adalah adanya persaingan ekowisata berbasis pemberdayaan masyarakat beberapa di desa di Magetan membuat keberadaan Randugede Hidden Paradise (RHP)menjadi sedikit terabaikan. Minimnya jumlah spot dan event eco eduwisata pariwisata yang ditawarkan membuat daya tarik para pengunjung menjadi turun.
Baca Juga : Perhatikan Hal ini Saat Berwisata ke Jembatan Kaca!
Itulah beberapa faktor di atas yang dapat disimpulkan setelah berbincang langsung dengan Mas Kunjani, seorang tokoh muda desa yang pertama kali mempunyai ide dan menggagas adanya destinasi wisata di desanya dan saat ini menjabat sebagai Kepala desa Randugede Kecamatan Palosan Magetan, berusaha untuk mengurai akar permasalahan dan membangun lagi New Randugede Hidden Paradise (NRHP) agar bisa bangkit dari terlelap tidur panjangnya setelah pasca Pandemi Covid-19.
Banyak usaha yang telah dilakukan yang utamanya berkolaborasi dengan pemerintah Kabupaten Magetan dalam bantuan permodalan untuk pembangunan sarana fisik khususnya dari dinas pariwisata dan dinas terkait lainnya. Peranan akademisi dalam merencanakan pembangunan kembali destinasi wisata yang mengedepankan potensi alam dan sebagai kontribusi nyata untuk bentuk pengabdian masyarakat dari kampus serta peranan media dalam memberikan informasi positif adalah bentuk dukungan immateriil yang dibutuhkan.
Kesadaran warga desa Randugede sendiri sebagai bagian dari destinasi wisata berkelanjutan ini juga diedukasi bagaimana memanfaatkan potensi ekonomi melalui bentuk saham bersama sebagai permodalan di BUMDES yang menjadi pengelola lokasi pariwisata berkelanjutan untuk jangka panjang ke depannya.Â
Keuntungan dari pariwisata berkelanjutan di desa Randugede ini nantinya masyarakat setempat yang juga mendapatkan keuntungan terbesarnya berupa finansial atau Income serta mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga desa setempat.
Juga keramah tamahan dalam penyambutan, harga tiket masuk dan kuliner yang memenuhi azaz kewajaran dan kepatutan, pelayanan keamanan dan privacy serta kenyamanan bagi para pengunjung juga harus selalu ditekankan dan disosialisasikan di masyarakat Randugede.
Saat ini memang sudah dimulai dan terlihat adanya pelaksanaan pembangunan kembali dari destinasi wisata Randugede Hidden Paradise. Ditargetkan, pada minggu awal menjelang liburan Idhul Fitri 2024 sudah secara resmi dibuka kembali dan bisa memberikan kontribusi pada seluruh warga masyarakat Randugede maupun para wisatawan itu sendiri.
Ketua BUMDES Randugede, Mas Eko warga setempat yang juga menemani, secara implisit memberikan gambaran detil bahwa banyak spot pariwisata yang berbasis eco-eduwisata ini yang saat ini sudah mulai dikerjakan pembangunannya.
Salah satunya adalah adanya kolam renang untuk anak sambil menikmati view gunung yang hijau, serta beberapa spot utnuk foto yang menarik dan tentu saja instragramable. Juga penanaman berbagai pohon Tabebuya, Ketapang emas, Dadap, dan beraneka bunga yang saat ini sedang digarap.
Untuk mewujudkan New Hidden Paradise (NRHP) di desa Randugede, Kecamatan Plaosan Magetan ini memang membutuhkan modal yang tidak sedikit namun bila bisa terwujud, di masa depan justru akan menjadikan pemasukan besar bagi semua pihak khususnya warga desa Randugede itu sendiri yang menjadikan industri pariwisata sebagai income.
Sungguh sangat disayangkan bila potensi pariwisata berkelanjutan yang ada di desa Randugede ini tetap dibiarkan terlelap tidur tanpa ada yang membangunkan, khususnya warga desa Randugede sendiri sebagai stakeholders utamanya.
Baca Juga : Benteng Van Den Bosh Ngawi, Riwayatmu Dulu dan Nasibmu Kini (Bagian 2 Tamat)
Randugede, 30 Desember 2024
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H