Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Hindarkan Terlalu Banyak "Dopamin" pada Otak Anak Anda!

18 November 2023   19:40 Diperbarui: 21 November 2023   09:47 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati beberapa kasus adanya perilaku aneh dari anak didik yang membangkang dan bahkan beran menantangi dengan para guru di sekolah baru-baru ini di tanah air membuat para stakeholder di dunia pendidikan prihatin dan berusaha untuk mencari ujung pangkal faktor pemicunya.

Saya sendiri sebagai seorang guru juga selalu mengamati penyimpangan pada perilaku anak didik. Bahkan, dari kasus per kasus kenakalan murid yang terjadi di sekolah adalah bentuk akumulasi pola pikir anak didik yang terkontaminasi oleh banyak faktor eksternal yang menjadi penyebabnya.

Mengapa pembahasan ini perlu diketahui oleh semua stakeholder pendidikan?

Seperti yang sudah disebut di atas, saya sering menemukan anak didik yang sedang kecanduan bermain online game pada android-nya. Mereka tidak peduli dengan jam pelajaran sekali pun, baik ada guru pengajarnya atau tidak, jemarinya tetap saja memainkan tuts tuts game di keyboard handphone-nya.

Ilustrasi anak didik kecanduan bermain game online saat pembelanjaran | dokumentasi pribadi
Ilustrasi anak didik kecanduan bermain game online saat pembelanjaran | dokumentasi pribadi
Saya sering menegur dengan halus dan menyita androidnya saat pembelajaran berlangsung, namun menjadi jengkel saat kalimat dan arahan saya sebagai guru agar fokus pada materi pelajaran diindahkan bahkan parahnya terkadang berani membantah baik secara verbal atau non verbal.

Bisa dipastikan salah satu kasus di atas juga pernah dialami oleh banya para bapak dan ibu guru di semua jenjang atau tingkatan sekolah di seluruh tanah air.

Sungguh bisa dirasakan beratnya menjadi guru yang tidak hanya mengajar anak didik di era milenial, tetapi juga harus mendidiknya.

Kenapa anak-anak kecanduan bermain online game dan siapa yang patut disalahkan?

Jujur, saya sebagai pribadi, guru dan orang tua dari dua anak yang keduanya ternyata juga maniak online game. Alih-alih saya marahi, justru kegemaran mereka saya kontrol, fasilitasi, dijadwalkan dan tetap diawasi. Lucunya, anak yang pertama tadi, ASN di Kemenkeu, ternyata juga salah satu anggota dari team gamer tingkat nasional.

Anehnya lagi, anak yang kedua, cewek, justru mengulas fenomena game online pada para remaja dengan berbagai dampak positif negatifnya untuk skripsi jenjang S-1 nya di Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Saya menyadari, banyak orangtua yang demi menjaga anaknya tidak rewel sejak kecil, mereka sudah diizinkan bermain game di android orang tuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun