"Cara mendidik seperti itulah yang dianggap sebagai satu kesalahan awal dalam proses mendidik anak"
Dampaknya, otak anak sejak kecil sudah dipenuhi dengan Dopamin yang bila berlebihan akan menjadi penyebab perilaku mengapa anak menjadi kecanduan bermain online game.
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, 8 Januari 2022, bahwa dopamin di dalam darah yang dipompa ke dalam otak, akan menimbulkan efek bahagia, senang dan riang gembira. Namun, apabila berlebihan justru menimbulkan dampak buruk secara fisik maupun psikis.
Dampak buruk secara fisik, mereka akan merasa mual, sering sakit migrain, sulit tidur, jantung lemah, kram otot (cedutan), sering berkeringat dingin dan tensi mata bertambah.
Sedangkan dampak buruk secara psikis, emosi anak menjadi tidak stabil, stres, tidak peduli, sering cemas, suka membangkang, sering berhalusinasi, abai lingkungan sosial, lupa waktu, komunikasi verbal buruk, sensitif dan menjadi egois.
Suatu kegiatan yang dilakukan karena diniati, diminati, menyenangkan, menarik dan sulit dihentikan seperti olahraga, bermain online game, perilaku seksual, kegiatan outdoor dan lainnya, itu pasti akan memicu banyak dopamin ke dalam otak manusia yang memberikan sensasi "bahagia".
Bila sulit dicegah, itulah yang sering kita sebut dengan "kecanduan" gegara terlalu banyak dopamin di dalam otak manusia khususnya pada anak atau para murid.
Coba saja, saat ada anak kecil bermain game di androidnya, kemudian kita sita dan diminta berhenti bermain, seketika akan muncul "Tantrum", yaitu ekspresi perilaku kekecewaan yang ditunjukkan dengan menangis meraung-raung, berguling di lantai atau tanah dan bahkan bersifat destruktif, yaitu menyerang atau mengancam orang lain di sekitarnya.
Secara tidak langsung, ulasan di atas telah menjawab, mengapa anak didik sulit berhenti bermain online game termasuk saat berada di dalam kelas di jam pelajaran sekolah.Â
Bila ditegur, mereka akan berani melawan guru karena telah dianggap sebagai gangguan pada aliran hormon dopamin di dalam otak mereka.